RUMAH PENA MOTIVASI

Dakwah Sekolah, Media Dakwah Kalangan Pelajar

Dakwah sekolah merupakan media dakwah yang digulirkan di kalangan pelajar, khususnya di lingkungan civitas sekolah. Obyek dakwah sekolah tidak hanya para siswa itu sendiri, melainkan seluruh elemen yang ada di sekolah. Namun, sekali lagi sasaran utama dari pembinaan tersebut adalah para siswa dan siswi.

Dakwah sekolah sangat penting dan prospektif untuk membangun karakter keislaman pelajar. Hal itu karena obyek utama dari dakwah sekolah ini adalah siswa siswi, yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan.

Dilihat dari kondisi para siswa yang kian hari kian memprihatinkan, maka sudah seharusnya para pegiat dakwah tergerak untuk memperkuat dan memperkokoh nilai-nilai keislaman mereka.

Mengapa harus Dakwah Sekolah?

Menurut Buku Panduan Dakwah Sekolah Era Baru yang ditulis Nugroho Widiyantoro, ada tiga alasan mengapa harus menggiatkan kegiatan dakwah di sekolah. Diantaranya:

Pertama, efektif. Sebab di sekolah merupakan kumpulan anak-anak remaja/pemuda. Mereka masih sangat polos untuk dibentuk seperti apa pribadinya. Menanamkan aqidah dan nilai moral jauh lebih mudah dikalangan muda dibanding kalangan tua dengan asam garam kehidupan mereka. Usia muda juga masa emas dalam rangka mencari ilmu pengetahuan dan agama. Pelaksanaan pembinaan dini jauh lebih efektif sejak remaja usia sekolah.

Kedua, masif atau massal. Jumlah populasi pelajar sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok negeri kita. Populasi pelajar jauh melebihi jumlah mahasiswa. Dengan jumlah yang sangat banyak ini bisa dibayangkan pentingnya mereka. Dan jika dakwah sekolah dilakukan maka jumlah perubahan ke arah moralitas yang baik akan masif pula.

Ketiga, strategis. Pelajar akan banyak menyuplai orang-orang masuk ke dalam dunia kampus dan kerja nantinya. Dan kita tahu output dari suplai tersebut, mereka akan berada di posisi seperti birokrat, ekonom, politikus, pengusaha, artis, karyawan dan lainnya. Sehingga jika dakwah sekolah yang masif tadi kemudian berhasil dilaksanakan, maka kehidupan yang islami dapat terwujud di segala lini. Negeri ini menjadi negara Islami secara tidak langsung lewat pribad-pribadi masyarakatnya.

Namun, hal yang cukup sulit adalah ketika kita melakukan kegiatan perekrutan pelajar. Secara syiar dakwah, rata-rata kegiatan yang diadakan mendapat animo yang besar dari peserta, bahkan terbilang sukses. Sehingga tindak lanjut berupa follow up dari acara yang diadakan sangat penting dilakukan.

Dari sekian banyak peserta yang terekrut, berapa pegiat dakwah yang siap untuk menjadi pembina bagi mereka? Hal inilah yang harus menjadi perhatian serius buat mereka yang terjun ke dalam dunia dakwah sekolah.

Solusi apa yang harus diambil untuk melahirkan generasi penerus?

Pertama, struktur dakwah di wilayah sekolah terkait harus menjadikan media dakwah sekolah ini sebagai prioritas utama yang harus dijalankan.

Struktur dakwah dimana sekolah itu berada memiliki peranan penting sebagai pihak yang men-support, menyatukan simpul-simpul koordinasi semua elemen kader, memantau, dan mengevaluasi berjalannya program dakwah sekolah. Sementara, juru dakwah lebih berperan sebagai eksekutor yang sederhananya tinggal menjalankan program yang digulirkan.

Kedua, mentalitas para kader/objek dakwah dengan mengarahkan mereka agar siap membina, dalam hal ini membina pelajar (mentoring). Hal itu bisa dilakukan dengan menyosialisasikan program dakwah sekolah ke seluruh unit kegiatan kader hingga seluruh kader dakwah di bawahnya. Tentunya keberlangsungan program dakwah sekolah menjadi tanggung jawab seluruh kader yang ada disekolah.

Namun, itu semua kembali kepada kita, para pegiat dakwah, juru kader. Untuk hasil besar, maka harus mengerahkan seluruh usaha kita untuk menyukseskan program dakwah sekolah di wilayah kerja masing-masing. Hasil yang didapat bukanlah ibarat sekarang menanam, besok langsung panen. Hasil konkretnya baru dapat dirasakan sekitar 4-5 tahun ke depan dan seterusnya, baik oleh siswa itu sendiri maupun sekolah yang bersangkutan.

Dakwah tidaklah berpegang pada prinsip kapitalisme yakni dengan modal sekecil mungkin, berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun, dakwah berbicara seberapa kerja keras dan ikhlas dalam berjuang. Hasilnya, langsung dari Allah SWT yang tidak pernah kita duga.

Mungkin saja, dakwah sekolah hanya merupakan sebagian elemen dari dakwah Islam secara keseluruhan, namun hal ini harus menjadi fokus para pegiat dan juru dakwah, tanpa mengabaikan fokus kita pada dakwah secara keseluruhan. Wallahu’alam

Cecep Y Pramana | Twitter/IG/LINE: @CepPangeran | LinkedIn: Cepy Pramana | Google+: CecepYPramana | Email: pangeranpram@gmail.com

3Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *