Oleh: H. Mohamad Suharsono
Murah hati adalah sebuah kata yang menggambarkan sifat pemiliknya memiliki berbagai macam sifat kebaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata murah hati diartikan orang yang suka (mudah) memberi, tidak pelit, penyayang dan pengasih, suka menolong, baik hati, kebaikan hati, sifat kasih dan sayang, kedermawanan.
Untuk memiliki sifat murah hati seseorang mesti berlatih atau belajar bermurah hati. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar dan sifat murah hati didapat dengan (latihan/belajar) bermurah hati”.
Orang yang memiliki sifat murah hati akan dicintai Allah dan Rasul-Nya. Nabi SAW pernah memuji seorang sahabat yang bernama Al Mundzir bin Aid Al Hartis. “Sesungguhnya engkau memiliki 2 sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, Yaitu: murah hati dan lemah lembut”. (HR Muslim).
Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashor Minhajul Qasidin, menyebutkan makna sifat murah hati melalui beberapa teladan yang dilakukan oleh salafushshalih.
Ibnu Abbas pernah diejek oleh seseorang, ketika orang tersebut selesai dengan celaannya, berkatalah Ibnu Abbas: “Wahai Ikrimah, lihatlah kebutuhan orang tersebut, apakah ada yang bisa kita bantu untuk memenuhi kebutuhannya?”.
Seorang anak yang datang kepada Abu Dzar dan ia dengan sengaja mematahkan kaki seekor kambing miliknya.
Abu Dzar bertanya: “Siapa yang mematahkan kaki kambing ini? anak tersebut menjawab: “Saya yang mematahkannya dengan sengaja, agar engkau marah lalu memukulku sehingga engkau berdosa”.
Abu Dzar menjawab: “Aku tidak akan marah dengan sebab perbuatanmu,” kemudian Abu Dzar pun memaafkannya.
Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz masuk ke masjid di waktu malam yang gelap gulita, tanpa sengaja ia menginjak kaki seorang yang sedang tidur di masjid, orang itu bangun dan berkata kepada Umar bin Abdul Aziz: “Apakah engkau sudah gila?”
Umar menjawabnya: “Tidak”, para pengawalnya bersegera menangkap orang tersebut, Umar pun menahannya dan berkata kepada mereka: “Tahan emosi kalian, ia hanya bertanya kepadaku; apakah aku sudah gila? dan aku sudah menjawab tidak. Aku tidak gila, jadi tidak ada alasan untuk menangkapnya”.
Seseorang datang kepada Wahab bin Munabbih dan berkata kepadanya: “Si Fulan menghinamu”, beliau pun menjawab: “Adakah setan lain yang menjadi penyampai berita selainmu?”. Wallahua’lam bishawab.