RUMAH PENA MOTIVASI

Istri Bahagia, Suami Juga Ikut Bahagia

Oleh: Cecep Y Pramana

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum (30): 21)

Membahagiakan istri merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Akan banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh jika istri kita merasa berbahagia bersama dengan kita.

Betapa sukses hidup Rasulullah dan para sahabat akibat peran istri-istri mereka yang merasa menjadi manusia yang dibahagiakan oleh suami-suami mereka. Adanya ketenteraman dalam sebuah rumah tangga merupakan prasyarat bagi lancarnya pencapaian tujuan berumah tangga.

Tiap anggota keluarga memiliki tugas dan cita-cita yang harus dikejar dalam hidup ini. Suami bertugas sebagai pemimpin sekaligus pencari nafkah. Seorang istri adalah ratu yang mengatur kondisi rumah tangga sekaligus madrasah bagi anak-anaknya untuk mengenal dunia.

Anak-anak adalah tunas yang harus tumbuh dan berkembang hingga dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat. Semua tugas dan cita-cita itu hanya dapat terlaksana manakala suasana damai dan tenteram selalu hadir dalam rumah.

Betapa sulit mencapai semua tujuan dan cita-cita tersebut manakala suasana yang hadir dipenuhi dengan amarah, saling curiga dan tak peduli satu sama lain apalagi sampai tak bertegur sapa hingga berhari-hari lamanya.

Dari banyak kasus, kegagalan (baca; perceraian) dalam membina rumah tangga seringkali dimulai dari tercabutnya rasa aman dan damai dari rumah. Dan, peran istri untuk menghadirkan suasana syurgawi itu tak dapat diganti oleh orang lain, bahkan seorang khadimat (pembantu) sekalipun.

Manakala istri merasa bahwa sang suami memberinya kebahagiaan dan keikhlasan, maka tugas mengurus rumah tangga akan mudah dikerjakan.

Kebahagiaan bukanlah terletak pada banyaknya harta dan tingginya jabatan, tetapi ia berada di dalam hati. Tumpukan materi dan sanjungan yang tiada henti bukan prasyarat seseorang untuk bahagia.

Semuanya bermuara pada hati. Seorang suami harus memiliki kelembutan dan kepekaan rasa. Ia harus tahu kapan hati istrinya luka dan kapan hatinya sedang bahagia.

Wanita pemalu biasanya hanya menyimpan saja luka di dalam hatinya tanpa mau mengatakan kepada siapapun, walaupun terhadap suaminya. Tak ada satu nasehat pun yang dapat diterima oleh istri manakala kita menyampaikannya dengan kemarahan atau tak melihat perasaan istri.

Rasulullah SAW pun memberi label pada laki-laki bahwa yang paling di antara mereka (para suami) adalah yang paling baik sikapnya terhadap istrinya. “dan aku adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap istri.”

Demikian sabda beliau SAW. Marilah kita kenali dan kita perlakukan hati istri kita dengan baik agar mereka dapat berbahagia dan agar tujuan kita dalam membentuk keluarga yang penuh mawaddah dan rahmat tercapai.

Sudahkah kita memberikan suasana damai dan ikhlas terhadap istri kita. “…..Dan pergaulilah mereka secara patut. Dan bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak“. (QS An Nisa: 19). Wallahua’lam Bisshawab

Twitter/IG/LINE: @CepPangeran | LinkedIn: Cepy Pramana | Google+: CecepYPramana | Email: pangeranpram@gmail.com

4Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *