RUMAH PENA MOTIVASI

Halaqah Imani, Rabbaniyatul Mabda’

Oleh: DH Al Yusni

Amal dakwah yang menjadi fokus dalam halaqah tarbawiyah Rasulullah SAW kepada para sahabatnya adalah mensucikan diri, wayuzakkihim. Fokus untuk membentuk pribadi yang selalu mensucikan dirinya dari segala bentuk kekotoran yang bersumber dari syahwat kemanusiaannya.

Upaya ini dilakukan dalam tarbiyah Rasulullah SAW untuk meluruskan sikap dan jiwa manusia sehingga tidak terkotori oleh berbagai tendensi yang merusak amal kebaikan yang telah disemainya.

Apakah karena ingin mendapatkan balasan jasa, apakah karena ingin meraih pujian dan penghormatan dari orang lain. Apakah juga karena ingin dianggap telah berinvestasi pada dakwah ini. Apakah karena ingin mendapatkan apresiasi atas amalnya.

Hal inilah yang menjadi muatan dalam setiap agenda halaqah tarbiyah Rasulullah SAW. Baik melalui pendekatan amal ta’abudi maupun amal ijtima’i. Sehingga dari sanalah kita melihat betapa luar biasanya para pendahulu pengemban ajaran Islam ini terbentuk sebagai generasi awal dakwah ini.

Generasi dengan segala keistimewaaan dan keunggulannya di banyak bidang sebagai teladan terbaik yang hanya berharap balasan dan ganjaran Allah SWT saja.

Mensucikan diri kita sebagaimana yang dimaksudkan dalam ajaran ini, mesti menghantarkan kita untuk selalu berharap hanya pada balasan dan ganjaran yang diberikan Allah SWT. Dan ini menjadi kekuatan modal amal kita yang tidak pernah terkurangi sedikitpun.

Kekuatan yang seperti itu membuat amal kita tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh kondisi apapun serta tidak akan pernah rapuh selamanya.

Itulah sesungguhnya hakikat amal kita yang meninggikan derajat kita dan disamakan dengan mereka para ciptaan-Nya yang suci. Kesucian diri mereka yang menjadi dasar ketaatan makhluk Allah yang Agung tersebut.

Karena mereka tidak memiliki secuilpun hasrat dirinya yang membuat mereka jatuh terhina. Yang demikian itu menjadikan mereka amat mudah dan ringan untuk mentaati semua perintah-Nya tanpa reserve. Begitulah sikap Rabbaniyatul Mabda’ pada setiap makhluk-Nya yang selalu patuh.

Mencetak kader yang demikian memang kita tidak dapatkan bagaimana definisinya, bagaimana terminologinya akan tetapi dapat kita ambil dari berbagai kisah yang pernah diukir indah orang-orang shalih terdahulu.

Sebagaimana yang pernah dipaparkan dalam sebuah kisah. Kisah ini tentang seseorang dari Persia yang telah mengumpulkan harta yang ia letakkan dalam sebuah kotak dan ia bawa ke Madinah.

Betapa banyak harta yang dikumpulkannya sehingga ada orang yang bertanya, “sebanyak inikah harta yang kamu kumpulkan untuk amal kebajikan ini?”. Orang itupun menjawab, “Kalau bukan karena Allah SWT, mungkin kami tidak akan membawanya sampai ke sini (Madinah)”.

Lantas dia pun pergi berlalu begitu saja meninggalkan kotak yang penuh dengan harta itu. Orang-orang pun bertanya, siapakah anda sesungguhnya? Diapun tidak menjawab pertanyaan yang kurang penting itu. Dan ia pun terus berlalu meninggalkan Madinah.

Subhanallah…

3Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *