Cecep Y Pramana
Selain sebagai partai dakwah, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga dikenal sebagai partai kader. Kader menjadi bagian unsur penting dalam PKS. Tak hanya kader dewasa, tapi juga kader anak-anak.
Semakin dini usia seorang anak anggota saat memulai aktivitas pembinaan (tarbiyah) secara kontinyu, maka hal itu diharapkan menjadi pengaruh yang kuat dan mendarah daging. Dan pada akhirnya mereka akan menjadi kader yang tangguh.
Proses pembinaan yang dilakukan untuk anak-anak ini terwujud dalam “Pembinaan Anak Anggota” atau tarbiyah anak kader. Sesuai dengan namanya, kelompok pembinaan ini terdiri dari anak-anak anggota PKS.
Latar belakang mengapa pentingnya pembinaan anak anggota (kader) harus dilakukan sedini mungkin. Kini, mendekatkan anak anggota dengan proses tarbiyah sedini mungkin adalah sangat penting.
Bisa jadi karena aktivitas dakwah orang tua mereka di luar rumah terkadang menyebabkan anak anggota menjadi ‘ogah’ berdekatan dengan aktivitas dakwah. Bahkan di beberapa tempat, anak anggota yang sudah remaja atau pemuda menolak ikut pembinaan rutin atau malas-malasan dengan berbagai alasan.
Untuk itu, proses pembinaan anak anggota tepat dilakukan saat mereka masih anak-anak. Proses pembinaan untuk anak anggota ini bisa dijalankan sejak mereka berusia 10 tahun atau kelas empat SD. Bahkan, ada di beberapa tempat ada anak anggota yang baru sekolah kelas satu SD sudah ikut pembinaan rutin.
Namun, mengelola kelompok pembinaan anak anggota ini tidaklah mudah. Selera mereka tidak sama dengan anak remaja atau dewasa. Kebanyakan anak-anak tidak betah atau ‘bosan’ dengan model pembinaan yang hanya duduk melingkar, sambil mendengarkan atau mencatat materi sebisanya dari kakak pembina yang kebanyakan bersifat satu arah.
Mereka akan tertarik atau lebih suka model pembinaan dalam bentuk games, jalan-jalan, olahraga dan lainnya, yang banyak melibatkan aktivitas motorik. Karena itu, sang pembina pria (ikhwan) dan perempuan (akhwat) harus aktif dan kreatif mencari cara bagaimana bisa menyampaikan materi dengan kemasan yang disukai oleh mereka.
Sebagai pembina anak anggota selama belasan tahun, juga dituntut untuk mencari beragam kegiatan yang menarik, yang berbeda dari mereka yang remaja atau dewasa bahkan orang tuanya. Awalnya pasti akan terasa sulit, karena sama sekali tidak mempunyai “latar belakang” kependidikan, psikologi, atau yang lainnya, terasa cukup asing dengan dunia anak-anak.
Berbeda dengan para pembina lain yang rata-rata adalah guru TK, SD atau SMP. Tetapi justru hal ini menjadi pemicu dan penyemangat kita untuk terus belajar dan menyelami dunia anak-anak.
Berbagai kalau perlu kita bisa mengikuti kegiatan konsultasi bersama praktisi pendidikan, mengikuti seminar, hunting buku-buku motivasi, penyemangat hingga browsing di internet terkait dengan hal-hal yang mereka, para anak anggota ini dapatkan lalu menyukai aktivitas pembinaan yang kita lakukan.
Karena bisa jadi kedepannya, pertemuan dengan mereka para anak anggota ini adalah hal yang dirindukan. Senang bermain bersama mereka, apalagi melihat tingkah mereka yang ceria dan lucu hingga meningkat remaja bahkan dewasa.
Di awal tahun 1993 hingga 2000, saya merasakan menjadi seorang pembina kelompok anak-anak usia 10-17 tahun, dilanjutkan tahun 2008-2018 menjadi pembina anak anggota (TAK). Kini banyak diantara mereka yang meneruskan kegiatan pembinaan di tempat lainnya, sebagian lainnya sudah menjadi anggota inti.
Bahkan para orang tua pun menyambut positif kegiatan pembinaan anak-anak ini. Sehingga para peserta yang dulunya hanya dibatasi untuk kader yang tinggal di wilayah tempatnya tinggal, sekarang turut menghimpun anak anggota dari luar wilayahnya.
Hingga akhirnya ketetapan Allah mengharuskan saya berpindah dan menetap kegiatan pembinaannya di Jatiasih Kota Bekasi dan memulai rangkaian aktivitas yang baru pula. Semoga menginspirasi.