Cinta itu energi untuk memberi. Frase “memberi” lebih enak dibaca dan di dengar ketimbang “membagi”. Sebab akan memiliki makna yang sangat berjauhan. Energi cinta akan bekerja dalam ruang kehidupan yang luas.
Inti pekerjaannya adalah memberi pada orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik. Sesungguhnya para pencinta sejati itu hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi, terus menerus memberi dan selalu memberi tanpa batas. Begitulah energi cintanya.
Lalu bagaimana kalau menerima? Itu mungkin dan bisa saja terjadi, dan mungkin menjadi pasti. Tapi itu hanya efek bukan gerak utama. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama.
Pencinta sejati menjadikan dirinya seperti air dan matahari. Ia membuat orang lain tumbuh dan berkembang dengan siraman air dan sinar cahayanya menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. Dan memang cinta semacam ini hanya tumbuh lantaran iman yang bersemayam di dalamnya.
Tanpa iman, cinta menjadi KERING dan HAMBAR tanpa RASA. Padahal rasa cinta itu akan menjelma menjadi energi yang tak pernah habis. Ia berada pada ruang yang tiada bertepi. Masih adakah energi cintamu?
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang kalian sampai dia mencintai saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim, Hadits ke 13 dari Arba’in Nawawiyah).
.