“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS Ali Imran 102).
Kematian itu pasti terjadi pada setiap manusia, tetapi yang terpenting bagaimana agar akhir kehidupan kita di dunia, husnul khotimah (akhir kehidupan yang baik) dan tidak suul khotimah (akhir kehidupan yang buruk). Inilah yang harus disiapkan oleh setiap kita. Karena sesudah kematian ada kehidupan yang kekal abadi di akhirat.
Surat Ali-Imran 102, adalah surat yang senantiasa dibaca, khususnya oleh khotib Jum’at ketika khutbah Jum’at memberi wasiat Taqwa kepada umat Islam, namun sayang sedikit dari umat Islam yang mau mendalami ayat tersebut kemudian bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya.
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar dapat meraih husnul khotimah, yaitu ada tiga syarat yang harus dipenuhi, pertama; iman, kedua; taqwa, ketiga; islamisasi hidup.
Iman
Iman disini maksudnya mengimani rukun Iman yang enam, yaitu beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Para Rasul, Hari Akhir dan Taqdir Allah.
Beriman kepada Allah Ta’ala dengan keimanan yang benar yaitu dengan mentauhidkan Allah (meyakini bahwa Allah itu Esa dan hanya beribadah kepada Allah serta tidak mensekutukan-Nya).
Surat Al-Ikhlas adalah pedoman bagi setiap manusia agar beriman dengan benar terhadap Allah. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al-Ikhlash 1-4).
Syiar keimanan yang benar adalah Laa Ilaha Illallah, dengan ini kita hidup, kita mati dan kita akan dibangkitkan. Dengan keimanan ini umat Islam sepanjang sejarah mempertahankan keyakinannya walaupun harus mati karenanya, hidup mulia atau mati syahid.
Dan setiap muslim harus terus mengokohkan keimanannya sehingga sampai ke tingkat yakin. Pengokohan keimanan dengan terus mendalami ilmu-ilmu agama, khususnya mempelajari Al-Qur’an, Sunnah serta Siroh Rasul saw kemudian melakukan amal shaleh.
Taqwa
Setelah beriman, maka setiap muslim harus terus meningkatkan keimanannya sehingga sampai pada derajat orang bertaqwa. Secara garis besar taqwa artinya perasaan takut yang mendorong setiap muslim untuk senantiasa melakukan yang diperintahkan Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Daftar perintah dan larangan itu banyak, maka disinilah sejauh mana kualitas muslim melakukan daftar perintah dan meninggalkan daftar larangan sehingga mencapai derajat orang bertaqwa.
Yang dimaksud taqwa yang sebenarnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Mas’ud ra adalah, “bahwa Allah harus ditaati dan tidak maksiat, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak kufur atau diingkari“.
Islamisasi Kehidupan
Ayat di atas mengarahkan kepada kita agar tidak mati kecuali dalam keadaan muslim. Maka bagaimana supaya kita mati dalam keadaan muslim ? Caranya harus mengislamisasi kehidupan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “siapa yang hidup dalam kondisi sesuatu, maka matinya dalam kondisi sesuatu itu”. Siapa yang hidup Islami, maka mati dalam keadaan Islam.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi dan Hakim, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah menggunakannya. Sahabat bertanya, bagaimana cara Allah menggunakannya? Rasul SAW menjawab, diberikan taufik untuk beramal shaleh sebelum meninggalnya”.
Jadi, husnul khotimah adalah taufik dari Allah untuk hamba-Nya, yaitu meninggal dalam keadaan muslim, dan sebelum meninggal melakukan amal sholeh.
Ada yang meninggal karena berjihad maka disebut syahid, ada yang meninggal ketika sedang beribadah, ada yang meninggal ketika sedang berdakwah, mengajar dan ketaatan lainnya.
Bagi orang yang belum muslim dan banyak berdosa, maka ketika karunia husnul khotimah itu datang, maka dia kembali kepada ajaran Islam dan bertaubat atas segala dosa dan maksiat yang dilakukan.
Dan di antara ciri khas seorang yang husnul khotimah adalah mampu mengucapkan Laa Ilaha illallah, di akhir hayatnya. Wallahu‘alam.
Ditulis: KH Iman Santoso, Lc., M.EI untuk “Rumah Pena MOTIVASI“
.