Agar kematian kita menjadi indah, agar peringatan kematian berpengaruh sangat kuat, maka marilah kita mengetahui saat-saat terakhir Rasulullah SAW menuju Allah, Ar-Rafiqul A’la.
Isyarat itu berawal ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’ dimana beliau menyampaikan khutbah yang sangat menyentuh dan diawali: “Wahai manusia dengarkanlah ucapanku, sesungguhnya aku tidak tahu, mungkin tidak akan bertemu kalian lagi selepas tahun ini di tempat ini selamanya”.
Dan setelah khutbah selesai, maka turunlah surat Al-Maidah 3, ”Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu”. Saat mendengar ayat itu, Umar ra menangis, dan ketika ditanya kenapa anda menangis? Umar ra menjawab: “Karena tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan”.
Dan di hari Tasyrik turun surat an-Nashr. Ibnu Abbas ra mengomentari turunnya ayat ini, bahwa sudah dekat ajal Rasulullah SAW. Di bulan Safar beliau mengunjungi syuhada Uhud dan menunaikan sholat untuk mereka, seolah mengucapkan perpisahan bagi yang hidup dan yang mati.
Kemudian beliau menuju masjid Nabawi dan berkhutbah diatas mimbar: ”Saya akan mendahului kalian dan saya akan menjadi saksi bagi kalian. Dan demi Allah saya akan melihat telagaku sekarang, saya diberi kunci-kunci perbendaharaan dunia, dan saya demi Allah tidak takut kalian musyrik setelahku, tetapi aku takut kalian akan berlomba-lomba meraih dunia”.
Malamnya beliau menuju kuburan Baqi dan memohonkan ampun bagi mereka dan mengucapkan salam: Assalamu’alaikum wahai ahli kubur. Beliau meneruskan: “Akan terjadi fitnah seperti gelapnya malam yang terakhir mengikuti yang awal, dan yang akhir lebih buruk dari yang awal”. Rasulullah SAW memberikan kabar gembira pada ahli Baqi dan berkata: “Kami akan menyusul kalian”.
Permulaan Rasulullah SAW sakit di akhir bulan Safar setelah mengantarkan jenazah, sakit kepala berat dan demam. Pada saat sakit berat itu Rasulullah masih sempat bertanya giliran pada istrinya: ”Saya besok dimana?”. Maka seluruh istrinya setuju untuk dirawat dirumah ’Aisyah ra. ’Aisyah senatiasa membacakan Al-Qur’an, surat Al-Falaq dan Anas dan membacakan do’a untuk Rasul SAW.
Pada hari kelima sebelum wafatnya, panas dan demam Rasulullah SAW meningkat dan minta disiram air. “Siramilah aku tujuh gayung dari sumur yang berbeda supaya aku bisa bertemu sahabat. Kemudian panasnya berkurang dan masuk masjid, duduk di belakang mimbar dan berkhutbah: “Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid”.
Kemudian melanjutkan: “Janganlah engkau jadikan kuburku patung yang disembah”. Kemudian beliau menawarkan dirinya untuk di qishos: “Siapa yang dahulu pundaknya di cambuk, maka inilah pundaku siap di cambuk, siapa yang dahulu kehormatannya dicederai, maka inilah kehormatanku siap dibalas”. Setelah itu sholat Dzuhur. Dan ba’da sholat Dzhuhur beliau melanjutkan khutbah, berbicara tentang keutamaan Abu Bakar dan keutamaan Al-Anshar.
Pada hari keempat sebelum wafatnya Rasulullah SAW memberikan beberapa wasiat. Pertama; wasiat agar membebaskan Jazirah Arab dari Yahudi, Nashrani dan Musyrik. Kedua; wasiat untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ketiga; wasiat untuk tetap menjaga shalat dan memelihara budak.
Dan walaupun sakit berat, Rasulullah SAW tetap shalat bersama para sahabat. Pada malam hari menjelang isya, sakit Rasulullah semakin berat dan tidak mampu keluar masjid. Rasul SAW bertanya pada ’Aisyah: “Apakah manusia sudah shalat?”. ”Belum wahai Rasulullah, mereka menunggumu”. Rasul berkata: “Letakkan air wudhu, ketika Rasul akan wudhu jatuh pingsan, dan ketika sadar bertanya lagi: ”Apakah manusia sudah shalat?” Dan begitulah ketika Rasul SAW akan wudhu terjatuh lagi, sehingga mengutus seseorang agar Abu Bakar mengimami shalat. Dan Abu Bakar mengimami shalat selama 17 kali selagi Rasul SAW masih hidup.
Sebenarnya Aisyah meminta berkali-kali agar jangan Abu Bakar yang mengimami shalat, tetapi Rasul SAW menolaknya dan tetap menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat.
Sehari sebelum wafat, kondisi Rasulullah SAW agak ringan sehingga keluar bersama manusia untuk sholat berjamaah. Melihat itu Abu Bakar mundur, tetapi Rasul SAW mengisyaratkan untuk tidak mundur. Dan Abu Bakar mengikuti shalat Rasul SAW.
Rasul SAW memerdekakan budak-budaknya, bersedekah 7 dinar dan memberikan alat-alat perang pada sahabat. Malamnya ’Aisyah hutang minyak pada tetangganya sedang baju besi Rasulullah SAW digadaikan pada seorang yahudi untuk mendapatkan 30 sha gandum.
Pada hari Senin Subuh Rasulullah SAW menyingkapkan tirai kamarnya dan para sahabat kaget bercampur gembira, menyangka Rasul SAW akan ikut shalat bersama mereka. Rasul melihat mereka dan mengisyaratkan untuk melanjutkan shalatnya. Kemudian Rasul SAW menutup tirai dan tidak shalat bersama mereka.
Ketika masuk waktu dhuha Rasul memanggil Fatimah membisiki sesuatu lalu Fatimah menangis. Kemudian membisiki lagi dan Fatimah tersenyum. Aisyah bertanya- setelah wafatnya Rasul- tentang isi bisikan itu, maka Fatimah ra menyampaikan: “Bahwa Rasul akan wafatnya, maka Fatimah menangis, kemudian dibisiki lagi, bahwa keluarga pertama yang akan menyusul Rasul SAW adalah Fatimah ra, maka beliau tertawa. Dan Rasul SAW juga memberikan kabar gembira bahwa Fatimah adalah pemimpin wanita (wanita terbaik) dunia“.
Melihat betapa beratnya penderitaan Rasul maka Fatimah ra, berkata: “Betapa beratnya engkau wahai ayahku”. Rasul menjawab: “Bapakmu tidak akan ada lagi penderitaan setelah ini”. Kemudian memanggil Al-Hasan dan Al-Husain dan menciumnya dan memberi wasiat yang baik pada keduanya. Mendoakan istri-istrinya dan memberi nasehat.
Aisyah membaringkan Rasul SAW dipangkuannya, Abdurahman bin Abu Bakar masuk memberi siwak, dan Rasul SAW bersiwak, mengambil sedikit air mengusap mukanya, Aisyah mendengar bisikan Rasul SAW terakhir: “Bersama orang-orang yang Engkau telah beri nikmat dari para nabi, shidiiqin, syuhada dan sholihin. Ya Allah ampuni aku, rahmati aku, dan sampaikan aku dengan Ar-Rafiqul A’la (Kekasih Agung, Allah), Kekasih Agung”.
Demikian akhir kehidupan manusia agung Rasulullah SAW menuju kekasihnya Allah Ta’ala. Semoga kita diberikan tetap istiqomah dalam keimanan sehingga di akhirat kelak akan dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin. Wallahua’lam bishowwab.
Ditulis: KH Iman Santoso, Lc., M.EI untuk “Rumah Pena MOTIVASI“
.