Cecep Asmadiredja
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan“. (QS Al Baqarah: 245).
Salah satu amalan yang sering dikerjakan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan adalah memperbanyak infaq. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya.
Pertama, karena pada bulan Ramadhan semua pahala kebaikan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Kedua, pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW banyak membaca Al-Qur`an.
Dan di antara ayat-ayat yang dibaca, Nabi SAW menemukan ayat yang menjelaskan tentang keutamaan infaq fii sabiilillah. Maka beliau pun terdorong untuk memperbanyak infaq, terkhusus di bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, marilah kita merenungi ayat-ayat Allah SWT tentang keutamaan berinfaq di jalan Allah. Allah SWT memerintahkan kita untuk berinfaq di jalanNya. Namun, perintah itu diberikan dengan cara yang sangat halus.
Ketika memerintahkan hambaNya untuk berinfaq, Allah SWT mengatakan, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik“. Pada penggalan ini Allah mengatakan qordhon hasanan (pinjaman yang baik).
Demikian halus kalimat yang dipergunakan Allah SWT. Padahal rizki yang kita infaqkan di jalan Allah itu berasal dari Allah SWT. Artinya rizki yang kita infaqkan itu sebenarnya adalah milik Allah. Namun demikian, ketika Allah memerintahkan agar kita mau berinfaq, hal itu dikatakan Allah dengan kalimat ‘meminjam’.
Allah SWT juga memberikan motivasi agar kita merasa ringan dalam mengeluarkan infaq di jalan Allah. Di sini Allah mengatakan qordhon hasanan (pinjaman yang baik). Karena kenyataannya ada orang yang berinfaq tetapi tidak dilakukan dengan hasanan.
Infaq yang hasanan adalah infaq yang dilakukan dengan niat yang baik, diberikan dengan cara yang baik, dan alokasinya juga dipilih yang baik.
Inilah barangkali rahasianya, kenapa pada ayat ini Allah berpesan bahwa berinfaq juga harus yang baik (hasanan).
Kita jangan sampai mempunyai prinsip ‘yang penting berinfaq’. Apa jadinya kalau kita berinfaq dengan niat yang baik, akan tetapi justru dipergunakan untuk membiayai ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Islam? Oleh karena itu, berinfaq pun harus yang hasanan (baik). Inilah pentingnya kita memahami Islam secara utuh.
Jika ada manusia yang meminjamkan Allah dengan pinjaman yang baik, maka kata Allah, “Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak”.
Di sini Allah SWT sudah mengatakan adh’aafan (lipat ganda), namun masih ditambah dengan kata katsiiran (yang banyak). Artinya, ketika kita mengeluarkan infaq, maka kita jangan sampai takut miskin karenanya. Karena pada dasarnya harta yang kita infaqkan di jalan Allah itulah yang menjadi aset akhirat kita.
Orang Islam berpikir tentang masalah dunia dan akhirat sekaligus. Ketika kita memberikan infaq kepada seseorang, maka orang itu akan mendoakan kita. Apalagi jika yang kita berikan infaq itu orang yang fakir miskin, lemah dan terzholimi.
Menjadi bahan renungan, mengapa kita harus menginfaqkan harta benda kita di jalan Allah? Hal ini kita lakukan karena kita tidak tahu apakah rizki yang diberikan Allah SWT kepada kita itu akan ada sampai tua, ataukah nantinya kita akan jatuh miskin sehingga tidak bisa lagi berinfaq.
Bisa jadi kita melihat orang yang waktu mudanya kaya raya, tetapi di waktu tuanya miskin sekali. Bagaimana tidak menyesal seorang Muslim beriman, jika ketika masih kaya tidak mau berinfaq, akan tetapi dalam sisa hidupnya jatuh miskin.
Rizki itu di tangan Allah SWT bukan manusia. Kita tidak tahu berapa banyak rizqi yang dijatahkan Allah SWT kepada kita, baik rizqi yang berupa harta benda maupun yang lainnya seperti kesehatan, usia kita, dan lain sebagainya.
Karena kita tidak tahu berapa rizqi kita, maka jangan sampai ada dalam hati kita bahwa ‘saya akan berinfaq nanti kalau sudah kaya’. Kita tidak tahu berapa umur kita, karena umur itu rahasia Allah dan rizqi juga rahasia Allah SWT.
Karena itu, ketika di depan kita ada potensi yang bisa dimanfaatkan untuk berinfaq, maka harus segera kita manfaatkan sesuai dengan ajaran Allah SWT. Potensi yang diberikan Allah SWT kepada kita merupakan amanah.
Setiap amanah yang diberikan kepada kita harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Jadi tidak ada alasan sekarang kita tidak berinfaq karena sedang miskin.
Kita akan ditanya mengapa pada waktu masih kaya kita tidak mau berinfaq? Makanya selanjutnya Allah mengatakan, “Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki”.
Kita hanya berusaha, ikhtiar sekuat tenaga dalam mencari rizki, dan Allah-lah yang menentukan rizki kita. Ini artinya belum tentu orang yang bekerja keras pasti rizkinya banyak, walaupun kita harus memahami bahwa bekerja merupakan kewajiban yang harus kita lakukan.
Kita akan merasa aman dan tidak akan terancam krisis, tidak ketakutan dan sebagainya, jika kita kembali kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bishsawab.
:: Mari kita tunaikan zakat, infaq, shadaqah (ZIS) melalui LAZ U-Care. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dari harta kita yang keluarkan.
Transfer via Rekening:
➡ Bank Muamalat 3050 7000 73
➡ Bank Syariah Indonesia (BSI) No. 685 664 7010
➡ MANDIRI No. 167 000 2432 085
➡ BRI No. 1623 01 000 032 307
➡ BCA No. 066 327 1960
A.n Yayasan Ukhuwah Care Indonesia
Konfirmasi transfer ke: https://wa.me/6281287026443
.