Cecep Asmadiredja
Hidup merupakan rangkaian dari kesempatan-kesempatan yang datang dan pergi silih berganti, hingga batas umur yang ditakdirkan Allah SWT datang menjemput. Sangat beruntung setiap manusia, khususnya orang-orang yang beriman karena terjaga diatas kesadaran.
Hari-hari dilalui dan diisi dengan taqarub kepada Allah SWT. Setiap lisan yang keluar dari bibirnya adalah bentuk dzikir kepada Allah SWT. Tak banyak waktu terlewat selain ikhlas dan sujud dihadapanNya. Paham bahwa hakikat hidupnya di dunia ini sebuah penghambaan kepada Allah SWT.
Saat kehidupan diperbuat untuk mengumpulkan bekal bagi akhiratnya. Ia akan selalu mengusahakan mengambil manfaat bagi akhiratnya dan menjauhi segala bentuk kesia-siaan yang melalaikan dirinya.
Ialah manusia yang berakal sehat, selalu memperhatikan amal kebaikan sebagai bekal dan persiapan menghadapi kematian setelah hidup. Tak ada waktu luang untuk tidak taat kepadaNya. Selalu terus berusaha mengevaluasi diri ini terhadap amalannya selama ini yang telah dikerjakan.
Atas keasadarannya, pasti ia mampu merengkuh sukses dan menempati tangga kemuliaan, baik di mata manusia maupun di sisi Allah SWT karena baik dan banyaknya ketaatan. Tapi, celakalah bagi mereka yang larut dalam kelalaian, kemaksiatan dan menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya.
Jangan engkau sia-siakan, karena tak ada lagi waktu banyak yang kita punya. Inilah saatnya, untuk kita menebus setiap langkah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Bila datang masa itu, saat Allah SWT tak lagi melihat amal kita, maka semuanya sudah dipenghujung dan siap menanti atas apa-apa yang telah kita kerjakan di dunia.
Saat itulah pasti kita akan meminta Allah SWT untuk mengulang kembali masa untuk kembali kejalanNya atas kelalaian yang kita perbuat. Namun, semua itu sudah tak bernilai. Hanya penyesalan yang akan kita rasakan. Dan saat itu terjadi, maka tak ada lagi tempat yang pantas bagi insan yang lalai selain sebuah tempat, nerakaNya. Naudzubillah Min Dzalik.
Mungkin, hari ini kita merasa tenang, aman, masih lama, masih panjang. Tapi ketahuilah, tak ada seorang pun yang menjamin sampai kapan kita akan hidup. Dan sangat dekatlah kematian bagi setiap yang bernyawa.
Adakah kesedihan dihati kita, saat Ramadhan 1443 H akan berlalu? Atau justru kesenangankah yang kita rasa? Marilah kita hidup dengan ketaatan, rengkuh nilai ketakwaan, karena bisa jadi inilah Ramadhan terakhir sekaligus momentum terbaik kita untuk kembali kepadaNya.
Setiap waktu yang terlewat dan terjaga, semoga jadi pelajaran keimanan, mampu memberikan perenungan yang mendalam, bahwa kita pernah lalai. Dan saat ini kita sadar untuk kembali taat dan jangan disia-siakan.
Semoga di penghujung Ramadhan ini, Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua untuk menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa. Hari ini, esok, lusa dan seterusnya, kita akan selalu mengisi sisa hari-hari kita di dunia dengan amalan kebaikan. Aamiin Allahumma Aamiin.
.