Oleh : Cahyadi Takariawan
Allah menyuruh kita untuk memiliki mental pejuang, yang tidak pernah berhenti dari medan amal kebaikan sampai kematian yang menghentikannya. Tak ada kamus berhenti dalam dunia perjuangan, sebab setiap usia memiliki perannya masing-masing.
“Hal jazaa-ul ihsaani illal ihsaan. Tidak ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rahman: 60). Satu sisi, kita yakin bahwa balasan dari setiap kebaikan adalah kebaikan pula, sebagaimana informasi dari surat Ar-Rahman di atas.
Tidak pernah ada kebaikan yang sia-sia. Semua perbuatan kebaikan yang kita lakukan akan selalu memberikan benefit berupa kebaikan, baik di waktu sekarang maupun di waktu yang akan datang, bahkan mungkin balasan di akhirat.
Balasan itu, Allah yang mengatur dan memberikan kepada kita. Bukan oleh manusia. Di sisi lain, kita harus terus menerus memastikan bahwa kebaikan ini berlanjut dan berkesinambungan.
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al Furqan: 74). Ayat di atas menyiratkan dua hal.
Pertama, peran kaderisasi, agar generasi berikut bisa menjadi mata rantai penerus perjuangan generasi sebelummnya, sambung menyambung antargenerasi. Kedua, setelah muncul generasi yang meneruskan perjuangan, peran berikutnya adalah menjadi pemimpin, teladan, contoh panutan bagi masyarakat.
Inilah peran berkelanjutan dalam perjuangan, tidak pernah ada yang pensiun, semuanya mengambil peran sesuai proporsi usianya.