Cecep Y Pramana
Sebuah pertanyaan yang selalu muncul di dalam diri kita selama ini. Sudah berapa kali kita bersama Ramadhan, bagaimana memaknai Ramadhan, apakah Ramadhan dilalui begitu saja tanpa bekas atau kita menjalaninya dengan biasa-biasa saja.
Mungkinkah kita benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkan bulan Ramadhan untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik. Jika benar-benar kita mengistimewakan dan mengoptimalkan Ramadhan, maka kita harus memahami hakikat Ramadhan, agar Ramadhan yang akan kita bersamai ini menjadi Ramadhan terbaik.
Puasa tidak cukup hanya dengan meninggalkan makan, minum dan hubungan suami isteri di siang hari. Puasa terbaik dan sejati, puasa yang bersifat totalitas yaitu mempuasakan seluruh anggota tubuh kita, baik akal pikiran, hati, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota-anggota tubuh kita yang lainnya. Semua harus dipuasakan dari berbagai bentuk dosa dan kemaksiatan.
Kesungguhan dalam bersemangat serta kemampuan kita memanfaatkan Ramadhan tiap menit dan detiknya, merupakan indikasi ketakwaan kita kepada Allah SWT. Disinilah kita bisa menilai sendiri, apakah kita termasuk hamba Allah yang masih suka menganiaya diri sendiri, yang pas-pasan saja (muqtashid) atau yang bergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan (sabiqun bil khairat).
Ramadhan juga sarana yang sangat tepat bagi kita untuk bercermin diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa “Selama bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu”. Jika setan-setan telah dibelenggu, tapi kita masih saja terus melakukan dosa dan kemaksiatan, maka seperti itulah diri kita yang sebenarnya.
Bulan Ramadhan, Allah SWT mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi pada bulan-bulan lainnya. Allah SWT melipatgandakan pahala amal kebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada para hamba-Nya bahkan memberikan bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Lailatul Qadr. Karena itu, merugilah kita jika selama bulan Ramadhan tidak dapat memanfaatkan limpahan rahmat Allah SWT yang sedemikian besar.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. Jadi, apa lagi yang kita tunggu. Mari kita perbanyak ibadah dan memohon ampunan kepada Allah SWT, agar Ramadhan tahun ini menjadi penghapus dosa-dosa kita.
Ramadhan, bulan diturunkannya Al Qur’an. Rasulullah SAW selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an bersama malaikat Jibril, dengan tujuan keteladanan kepada umatnya agar selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an selama Ramadhan. Membacanya, memahami maknanya, mengamalkan dan mendakwahkan Al Qur’an. Terlebih lagi kita juga selalu berusaha menghafalnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Ramadhan, tak hanya untuk beribadah secara vertikal (hablumminallah), namun juga kesempatan emas beribadah secara horisontal (hamblumminannas), melakukan berbagai kebaikan kepada sesama yang membutuhkan.
Sangat dianjurkan untuk banyak berinfak dan sedekah kepada mereka fakir dan miskin, karena kita juga merasakan sebagaimana yang mereka rasakan, kelaparan dan kehausan.
Berempati untuk mereka yang selama ini biasa kelaparan dan kehausan, dengan cara berinfak dan sedekah kepada mereka, karena ini adalah contoh yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.