Segala puji bagi Allah Swt dan marilah kita selalu panjatkan rasa syukur kepada-Nya, sebab karena Allah Swt kita bisa menjalankan ibadah yang mulia ini, yaitu bulan Ramadhan di hari ke-25, Jumat tanggal 5 April 2024.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw., kepada keluarga, para sahabat, dan sampai kepada kita selaku umatnya di akhir zaman.
Dikisahkan, seorang penguasa Tikrit (Irak) bernama Ayyub bin Syadzi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Najmuddin Ayyub. Ia belum menikah dalam waktu yang cukup lama. Dirinya ingin sekali mencari pasangan hidupnya.
Bahkan, sampai adik kandungnya yang bernama Asaduddin Syirkuh sering keheranan dan mengulangi pertanyaannya, siapa yang dicarinya dan mengapa ia tak segera menikah. Jawaban singkat Najmuddin Ayyub selalu sama, “Aku belum mendapatkan calon istri yang pas dari Allah”.
Adiknya pun bermaksud mencarikan calon istri yang cocok untuk sang kakak. Lantas, Asaduddin memberikan pilihan kepada Ayyub. Bagaimana dengan puteri Malik Syah, anak Sultan Muhammad bin Malik Syah; Raja Bani Saljuk atau putri Nizhamul Mulk, menteri besar yang terkenal di zaman Abbasiyah”.
Namun, Ayyub pun menjawab dengan ringan. “Tak ada yang cocok untukku!” Asaduddin pun bingung dan heran dibuatnya. Ia mendesak kakaknya, siapa yang sebenarnya dicarinya.
Akhirnya, Asaduddin menemukan jawaban dari misteri yang dipendam sang kakak. Ia mencari calon istri, seorang perempuan yang bersedia melahirkan seorang pemberani dan pahlawan yang mampu menaklukkan kembali Baitul Maqdis dari tangan tentara salib dan mengembalikannya ke tangan umat Islam.
Tikrit atau Irak tidaklah jauh dari Baitul Maqdis. Inilah rupanya kegundahan seorang penguasa Tikrit. Seorang Gubernur lajang yang sedang berikhtiar mencari jodohnya, karena surga.
Maka, pada suatu hari, Najmuddin Ayyub duduk bersama seorang lelaki tua di sebuah masjid di Tikrit. Mereka membicarakan banyak hal. Tiba-tiba ada seorang gadis yang memanggil lelaki tua tersebut dari balik tirai.
Sang lelaki tua ini bergegas menemui sang gadis, setelah meminta izin terlebih dahulu kepada Najmuddin Ayyub. Rupanya, lelaki tua itu adalah ayah dari seorang gadis yang memanggilnya.
Ia pun berbicara dengan putrinya, lalu menanyakan mengapa ia selalu menolak lelaki yang melamarnya. Sebenarnya apa yang diinginkan anaknya ini. Sang gadis pun menjawab dengan sedikit emosional. Ada isakan kecil mengiringinya.
“Aku menginginkan seorang pemuda yang menggandeng tanganku ke surga. Aku ingin melahirkan darinya seorang pemberani yang bersedia dan mampu mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin”.
Mendengar kata-kata gadis itu mengatakan kepada ayahnya dengan lirih tapi jelas, dada Najmuddin Ayyub berdegup kencang. Deg. “Gadis ini cocok untukku!” Najmuddin Ayyub membatin.
Inilah skenario dan rekayasa dari Allah SWT. Najmuddin, seorang yang kaya, berkuasa dan penuh iman yang kuat. Sementara sang gadis adalah seorang yang biasa, dari kalangan rakyat jelata. Namun, sang gubernur tak memedulikannya.
“Aku ingin menikahinya, titik”. Demikian ia mengikrarkan niatnya. Najmuddin memanggil lelaki tua tersebut. Lelaki tua itu terkaget dan terkejut keheranan. “Tapi, ia seorang gadis yang miskin dan biasa. Ayahnya, adalah seorang yang seperti Anda lihat”.
Najmuddin Ayyub berkata tegas, “Ini yang aku inginkan. Aku ingin menikahi seorang wanita yang dengannya aku berharap dapat meraih surga. Aku ingin dia mau melahirkan dariku anak lelaki yang pemberani, yang akan menaklukkan kembali Baitul Maqdis. Merealisasikan mimpi dan cita-citaku!”
Itulah pertemuan cinta surga dan kepahlawanan dari dua kasta sosial yang berbeda jauh. Namun, Allah SWT yang menyatukan dua cinta. Cinta kembalinya Baitul Maqdis ke tangan yang berhak mengurusnya.
Kepahlawanan yang muncul menyingkirkan gengsi materi dan jabatan sosial serta mata dan perkataan orang yang mungkin akan mempertanyakan pertemuan dua cinta surga ini. Dari cinta mereka berdua yang Allah SWT berkahi, maka lahirlah seorang lelaki pemberani yang namanya dapat menggetarkan siapa saja yang mengetahuinya.
Lahirlah dengan izin dan karunia Sang Maha Cinta. Dari pernikahan cinta surga dan kepahlawanan ini. Namanya Yusuf, Yusuf bin Najmuddin al Ayyubi. Dan kita lebih mengenalnya dengan nama, “SHALAHUDDIN AL AYYUBI”. Singa Padang Pasir. Wallahua’lam. (TJP)
Alirkan kebaikan melalui Zakat, Infak dan Shadaqah. Sempurnakan amalan dengan berbagi kepada yang membutuhkan.
Rekening Zakat
a.n Yayasan Ukhuwah Care Indonesia
MANDIRI: 1670055500077
BANK SYARIAH INDONESIA: 7100300014
BANK MUAMALAT: 3050700073
Rekening Infaq
a.n Yayasan Ukhuwah Care Indonesia
MANDIRI: 1670002432085
BANK SYARIAH INDONESIA: 6856647010
BCA: 0663271960
Konfirmasi: wa.me/6281287026443 (Cepy)