@ Cecep Y Pramana
Dakwah sekolah disingkat DS, adalah media dakwah yang digulirkan di kalangan pelajar, khususnya pembinaan di lingkungan sekolah. Objek dakwah sekolah sendiri tidak saja siswa itu sendiri, melainkan seluruh elemen yang ada di sekolah. Namun, sekali lagi sasaran utama dari pembinaan adalah para siswa dan siswi.
Dakwah sekolah sangatlah penting dan prospektif. Hal itu karena objek utama dari dakwah sekolah ini adalah para siswa siswi, yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan. Dilihat dari kondisi para siswa yang kian hari makin memprihatinkan, maka sudah seharusnya para juru, pendidik dan kader dakwah tergerak untuk menyelamatkan mereka.
Secara umum, potensi yang ada dan mereka miliki sangat besar. Pertama, mereka adalah kalangan terdidik. Tentu saja hal ini akan memudahkan kita untuk berdakwah kepada mereka, karena mereka dididik untuk menerima sesuatu secara ilmiah, bukan asal ikut.
Kedua, usia mereka adalah usia emas dan produktif. Pada masa inilah, prestasi mereka dapat dimunculkan. Kita bisa melejitkan potensi yang ada dalam diri mereka, sesuai potensi dan minat mereka. Bahkan kita juga bisa mengarahkan mereka untuk berprestasi dalam bidang masing-masing, seperti menjadi atlet, ilmuwan, peneliti, penulis, entertainer, dan apa saja selama hal itu berkontribusi positif bagi orang banyak.
Namun, hal yang cukup sulit adalah, ketika kita melakukan kegiatan perekrutan pelajar. Secara syiar dakwah, rata-rata kegiatan yang diadakan mendapat animo yang besar dari peserta dan terbilang sukses.
Dan tindak lanjut berupa follow up dari acara yang diadakan sangatlah juga penting dilakukan pembinaan. Dari sekian banyak peserta yang terekrut, berapa pendidik atau kader yang siap untuk menjadi pembina bagi mereka? Hal inilah yang harus menjadi perhatian serius buat mereka yang terjun kedalam dunia dakwah sekolah atau pembinaan anak sekolah. Lalu solusi apa yang harus diambil guna melahirkan generasi penerus
Pertama, struktur dakwah di wilayah sekolah bersangkutan atau yang berdekatan harus menjadikan media dakwah sekolah atau pembinaan anak sekolah ini sebagai prioritas utama yang harus dijalankan.
Struktur dakwah dimana sekolah itu berada atau yang berdekatan memiliki peranan penting sebagai pihak yang mensupport, menyatukan simpul-simpul koordinasi semua elemen pendidik/kader, memantau, dan mengevaluasi berjalannya program dakwah sekolah. Sementara, pendidik/juru dakwah lebih berperan sebagai eksekutor yang sederhananya tinggal menjalankan program yang digulirkan.
Kedua, mentalitas para pendidik/kader dakwah dengan menggenjotnya agar siap membina, dalam hal ini membina pelajar atau pembinaan anak sekolah. Hal itu bisa dilakukan dengan menyosialisasikan program dakwah sekolah ke seluruh unit pembinaan anggota hingga seluruh kader dakwah di bawahnya.
Tentunya keberlangsungan program dakwah sekolah atau pembinaan anak sekolah ini menjadi tanggung jawab struktur dakwah dan juga seluruh kader, anggota. Namun, semua itu kembali kepada kita, para pendidik/juru dakwah.
Untuk hasil yang besar dan maksimal, maka kerahkan seluruh usaha kita untuk menyukseskan program dakwah sekolah atau pembinaan anak sekolah ini di wilayah kerja masing-masing. Hasil yang akan didapat dari rogram akwah sekolah atau pembinaan anak sekolah bukanlah ibarat sekarang menanam, besoknya langsung panen. Artinya hasil konkretnya baru dapat dirasakan sekitar 3-5 tahun ke depan dan seterusnya.
Dakwah tidak berpegang pada prinsip kapitalisme yakni dengan modal sekecil mungkin, dan berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun, dakwah berbicara seberapa kerja keras dan ikhlas para pendidik/juru dakwah berjuang sekuat tenaga. Sedangkan hasilnya, berharap langsung dari Allah Subhanahu wata’ala yang tidak pernah kita duga-duga.
Bisa saja, dakwah sekolah atau pembinaan anak sekolah hanyalah sebagian elemen dari dakwah besar secara keseluruhan, namun hal ini harus menjadi fokus para pendidik/juru dakwah, tanpa mengabaikan fokus kita pada dakwah secara keseluruhan. Wallahu a’lam bishawab.
Twitter: @CepPangeran | IG/Tiktok: cecep.asmadiredja | LinkedIn: cecep asmadiredja
.