@ Cecep Y Pramana
Allah Subhanahu wata’ala membuat satu perumpamaan tentang kalimat tauhid dengan sebuah pohon yang baik, yang akarnya menghunjam kokoh ke bumi dan cabang-cabangnya menjulang ke langit.
“Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan Kalimah Thayyibah (kalimat yang baik) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit“. (QS Ibrahim: 24)
Kalimat Thayyibah dalam ayat tersebut adalah Syahadat “Laa Ilaha Ilallah” sebagaimana dijelaskan Abdullah bin Abbas. Inilah perumpamaan bagi seorang yang murni dan benar dalam keimanan dan tauhidnya.
Keimanan yang benar tersebut menghunjam kokoh dalam hatinya, ia menyakini kebenarannya, sehingga akan tampak buah dari keimanan tersebut berupa berbagai macam kebaikan. Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa pohon keimanan yang baik akan membuahkan beberapa hasil yang baik pula.
Di antaranya adalah: Pertama, ucapan yang baik. Seorang yang benar keimanan dan tauhidnya, maka ia akan tercermin dari apa yang terucap dari lisannya. Jika keimanannya benar, maka yang keluar dari lisannya adalah kata-kata kebenaran.
Karena Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kepada orang yang beriman agar berkata-kata yang benar. Allah Subhanahu wata’ala berfirman; “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar“. (QS Al Ahzab: 70)
Ucapan yang baik yang tidak menyakiti orang lain, juga merupakan tanda keutamaan keislaman seseorang. Abdullah bin Amru bin Ash ra, ia berkata; “Sesungguhnya seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah muslim yang baik?” Rasulullah menjawab, “Seorang (muslim yang berupaya agar) muslim (yang lainnya) selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya“.
Kedua, amal shalih. Keimanan yang benar akan melahirkan amal shalih, yaitu amalan yang dibangun di atas keikhlasan kepada Allah Subhanahu wata’ala dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Amal shalih tersebut dapat berupa; shalat, puasa, dan yang lainnya.
Ketiga, akhlak yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala. Keimanan yang benar juga akan membuahkan akhlak yang mulia yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala. Sehingga seorang mukmin akan baik dalam bermuamalah dengan sesama manusia. Dengan akhlaknya tersebut ia menjadi dicintai oleh manusia yang lainnya.
Semakin baik akhlak seseorang, maka semakin menunjukkan kesempurnaan imannya. Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda; “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya“.
Sehingga, mukmin yang benar imannya akan menjadi insan yang mulia. Kerena keimanannya akan mendoronganya untuk berucap yang baik, keimanannya akan memotivasi untuk melakukan berbagai amal shalih, dan keimanannya tersebut juga mengajaknya untuk menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang diridhahi Allah Subhanahu wata’ala.
Agar keimanan benar-benar menghunjam dalam dada, maka hendaknya seorang muslim berupaya untuk menyirami pohon keimanannya tersebut dengan menghadiri majelis-majelis ilmu yang di dalam diajarkan ayat-ayat Allah Subhanahu wata’ala dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Diharapkan keimanannya akan senantiasa terjaga, terpupuk subur, sehingga dapat tumbuh dengan kokoh, kuat, dan pada akhirnya akan membuahkan hasil positif, yaitu menjadi manusia yang mulia di hadapan Allah Subhanahu wata’ala dan mulia di hadapan manusia. Wallahu’alam bishawab.
Ahad, 11 Agustus 2024
Sari Ater CamperVan Park
Ciater Subang, Jawa Barat
.