@ Cecep Y Pramana
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ada kisah menarik yang disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam menjelaskan asbabun nuzul Surah Al-Hujurat ayat 6. Kisah ini pernah dialami isteri Rasulullah SAW, Aisyah r.a, di bulan Sya’ban tahun kelima hijriyah.
Saat itu, Aisyah r.a, mengalami kegelisahan luar biasa akibat fitnah yang disebarkan oleh kaum munafik di Madinah. Isunya pun tidak main-main. Isteri Rasul SAW yang mulia ini dikabarkan telah berselingkuh dengan seorang sahabat Rasul yang bernama Shafwan.
Fakta-fakta pun terangkai dan tertata apik, seolah isu itu memang benar-benar terjadi. Mulai dari tidak tahunya sang suami, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, kalau Aisyah tidak pulang bersamanya dari suatu tempat dalam sebuah peperangan di Bani Musthaliq. Hingga, Aisyah r.a yang tiba-tiba datang berdua dengan seorang pemuda ganteng. Itulah dia Shafwan Ibnu Mu’aththal.
Dengan cara apa lagi Aisyah r.a menjelaskan kalau dirinya tidak seperti yang diisukan, padahal tidak ada seorang saksi pun kecuali mereka berdua. Fitnah pun merebak begitu subur dan meluas di seantero Madinah. Kalau saja bukan karena firman Allah Subhanahu wata’ala yang menegaskan kesucian Aisyah, mungkin fitnah tersebut akan menjadi petaka besar bagi dakwah Islam saat itu.
Firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Jangan kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan ia baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).” (QS An Nur: 11)
Demikian dahsyatnya bahaya lidah (Afatul Lisan). Ketajaman lidah jauh melebihi pisau dan pedang sekalipun. Karena, sekali ia beraksi dan berjalan, maka korbannya tidak hanya satu atau dua orang saja, melainkan bisa seluruh kampung, daerah, negara, bahkan jamaah sekali pun.
Islam mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dengan ucapan. “Siapa yang banyak bicara maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya, banyak pula dosanya. Dan, siapa yang banyak dosanya, maka api neraka lebih utama baginya.” (HR Athabrani)
“Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan), niscaya aku menjamin baginya surga.” (HR Bukhari). Wallahua’lam bishawab.
Twitter: @CepPangeran | IG/Tiktok: cecep.asmadiredja | LinkedIn: cecep asmadiredja
.