@ Cecep Y. Pramana
Puasa disyariatkan untuk menyucikan jiwa, memurnikan ruh manusia, mengangkatnya dari kehinaan, membiasakannya dengan segala yang dicintai dan baik, mencari keridhaan Allah Subhanahu wata’ala dan meraih pahala yang besar.
Puasa juga memiliki banyak manfaat edukatif yang dapat melembutkan jiwa seorang muslim dan memperbaiki akhlaknya. Manfaat pendidikan puasa yang paling menonjol akan disebutkan sebagai berikut:
Suatu sarana menuju ketakwaan dan membatasi hawa nafsu
Puasa diwajibkan kepada umat Islam agar mereka menjadi orang yang saleh dan bertakwa, karena puasa menahan jiwa dari berbagai kesenangan dan pikiran buruk yang diinginkannya. Puasa juga mengajarkan manusia untuk mengatasi tirani hawa nafsu dan membatasinya agar mencapai derajat ketakwaan.
Dengan demikian, seseorang dituntun untuk menjauhi apa yang dilarang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Al Baqarah: 183).
Suatu cara untuk bersyukur kepada Tuhan atas berkat dan menghargainya
Salah satu keutamaan puasa adalah mengingatkan hamba akan nikmat Allah Subhanahu wata’ala yang telah diberikan kepadanya. Rasa lapar dan haus saat berpuasa membuat hamba senantiasa memikirkan nikmat Allah Subhanahu wata’ala yang telah diberikan kepadanya dan membuatnya menyadari nilainya meskipun sudah terbiasa melakukannya di hari-hari lainnya.
Karena itu, saat berbuka puasa, ia sangat menyukai minuman dingin untuk menghilangkan dahaganya, dan juga makanan yang membuatnya bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas nikmat-Nya.
Hal ini telah dijelaskan dalam pembahasan tentang puasa dalam firman Allah Subhanahu wata’ala: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS Al Baqarah: 185)
Membuat hati melekat pada kenangan dan pikiran
Ramadhan membuka pintu bagi seorang hamba untuk meraih amalan hati. Jika ia meraihnya dan berusaha untuk menaatinya, jiwanya akan terdorong untuk itu dan ia akan lebih menaati setiap amalan baik yang mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Yang paling utama di antaranya adalah berdzikir, membaca Al-Qur’an, bertasbih dan menyatakan keesaan-Nya, dan hal-hal lain yang menunjukkannya. Orang tersebut juga menyibukkan pikirannya untuk memikirkan ayat-ayat Allah Subhanahu wata’ala dan merenungkannya untuk meningkatkan ambisinya dan meraih pengampunan dosa.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan, karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR Bukhari,no. 38).
Pelatihan pengendalian diri
Puasa dianggap sebagai penyucian jiwa, sebab ia menguatkan tekad dan melatih kesabaran, ketabahan menghadapi segala cobaan, serta menahan diri dari hal-hal yang tidak mengenakkan, seperti kesombongan dan lain sebagainya.
Puasa mengajarkan dua macam kesabaran: kesabaran fisik, yaitu kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan, seperti pekerjaan berat, atau kegelisahan dan kecemasan karena sakit atau hal-hal lainnya. Sedangkan kesabaran psikologis, yaitu kesabaran yang paling tinggi, yaitu kesabaran terhadap apa yang diinginkan jiwa. [Mizan Al Amal, Abu Hamid Al Ghazali, hal. 324].
Karena puasa dapat menahan hawa nafsu dan membatasi hawa nafsu, maka Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia menikah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu dapat menahan dirinya”. (HR Bukhari, no. 5065).
Merasa peduli pada orang miskin dan membutuhkan
Puasa membangkitkan rasa belas kasihan dan belas kasih hamba kepada orang yang kurang mampu, miskin, yang membutuhkan, dan yang melarat. Ketika merasakan sakitnya kelaparan, ia mengingat rasa sakit itu sebagian besar waktu, jika tidak sepanjang waktu, dan hatinya pun tergerak untuk berbelas kasih, lemah lembut, dan penuh kasih sayang.
Sebagaimana dalam ibadah puasa, ia setuju dengan orang miskin dalam menanggung apa yang mereka tanggung, jadi ia pun bergegas membantu mereka semampunya, dan ini mengangkat derajatnya di sisi Allah SWT. Aamiin Allahumma Aamiin. Wallahua’lam.
📌 REKENING KEBAIKAN:
A.n. Yayasan Ukhuwah Care Indonesia
Rekening Zakat
Mandiri 1670055500077
BSI 8200400705
MUAMALAT 3050700073
Rekening Infaq
BSI 8200400705
BCA 0663271960
MANDIRI 1670002432085
Konfirmasi transfer:
Pak Acep – 081287026443
.