@ Cecep Y. Pramana
Malam Kemuliaan memiliki banyak keutamaan yang besar, diantaranya adalah sebagai berikut:
Kitab yang paling agung dan paling terhormat diturunkan di dalamnya. Di dalamnya, Allah Subhanahu wata’ala menurunkan Kitab Suci Al-Qur’an. Petunjuk bagi manusia, dan keistimewaannya dalam hal ini merupakan bukti tingginya kedudukan dan statusnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan”. (QS Al Qadr: 1).
Hal ini dibedakan berdasarkan keberkahannya, kebaikan yang dikandungnya, dan keutamaannya yang agung. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami (mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Hal itu merupakan) urusan (yang besar) dari sisi Kami. Sesungguhnya Kamilah yang mengutus (para rasul)”. (QS. Ad-Dukhan: 3-5). Dan di dalamnya terdapat banyak pahala dan balasan bagi orang muslim yang mengamalkannya.
Di dalamnya ditetapkan rezeki dan umur, dan di dalamnya para malaikat menuliskan kejadian, perbuatan, dan segala sesuatu yang akan terjadi pada tahun terjadinya malam kemuliaan hingga tahun berikutnya.
Maka segala sesuatu yang telah tertulis dari hal-hal yang sempurna dipisahkan oleh ilmu, kehendak, dan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala dari Lauhul Husna. Agar para malaikat mencatatnya dalam kitab-kitab mereka atas perintah dan kehendak Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS Ad Dukhan: 3).
Satu amal shaleh pada bulan ini lebih baik dari seribu bulan amal shaleh pada bulan lainnya, dan ibadah pada bulan ini lebih baik dari ibadah seribu bulan selainnya. Yakni, pekerjaan yang dikerjakan selama kurang lebih delapan puluh tahun, ditambah pahala yang berlipat ganda.
Meskipun di bulan Ramadhan, amal ibadah dilipatgandakan, tetapi di malam ini pun, amal ibadahnya dilipatgandakan berkali-kali lipat yang hanya Allah Subhanahu wata’ala yang mengetahuinya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan”. (QS Lailatul Qadr: 3).
Malam kemuliaan dipenuhi dengan ketenangan, keamanan, dan kepastian hingga matahari terbit. Pada malam ini, para malaikat turun dengan membawa rahmat, keselamatan, dan kebaikan bagi orang-orang yang taat dan beriman. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar”. (QS Al Qadr: 4-5).
Di dalamnya diampuni dosa-dosanya dan ampunan, pengampunan, dan kemudahan yang berlimpah bagi orang-orang yang melakukannya, dengan harapan mendapat pahala dari Allah Subhanahu wata’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat pada Malam Ketetapan Allah karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Bukhari, no. 1901).
Tanda-tanda Malam Kemuliaan
Malam Kelmuliaan itu mempunyai banyak tanda, di antaranya sebagai berikut: Matahari muncul di pagi hari seperti bulan purnama; Di mana matahari tidak memiliki sinar, dan datar; Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Matahari terbit pada hari itu tanpa ada sinar sedikit pun”. (HR Muslim, no. 762).
Pada malam ini, dada dan hati orang beriman dipenuhi rasa gembira, dan ia menemukan energi dalam dirinya untuk beribadah dan beramal saleh. Malam harinya suhunya sedang. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan malam lailatul qadar ini dalam hadits, beliau bersabda, “Sesungguhnya aku melihat Lailatul Qadar, kemudian aku melupakannya. Lailatul Qadar turun pada sepuluh malam terakhir (bulan Ramadan), yaitu malam yang terang, tidak dingin, tidak panas, serta tidak turun hujan”. (HR Ibnu Khuzaimah, no. 2190 dan Ibnu Hibban, no. 3688).
Definisi Malam Kemuliaan
Istilah Lailatul Qadar terdiri dari dua bagian; Yang pertama adalah malam, yang diartikan sebagai: waktu yang dimulai dari terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Adapun yang kedua adalah takdir, para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan makna takdir tersebut. Berdasarkan beberapa dalil, di antaranya: Firman Allah Subhanahu wata’ala, “Dan mereka tidak menilai Allah dengan penilaian-Nya yang sebenarnya”. (QS Al An’am: 91).
Yang dimaksud dengan al-Qadr di sini adalah kemuliaan dan pengagungan. Ia adalah malam takdir yang di dalamnya turun Al-Qur’an dan para malaikat, sebagaimana turunnya rahmat dan berkah Allah Subhanahu wata’ala. Di antara makna al-Qadr adalah penyempitan.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT: “Hendaklah orang yang lapang (rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah kelak akan menganugerahkan kelapangan setelah kesempitan”. (QS At Talaq: 7)
Yang dimaksud di sini ialah bahwa penyempitan pada malam ini adalah penyembunyiannya, dan tidak ditentukan oleh waktu tertentu, dan karena bumi menjadi sempit dan penuh sesak oleh para malaikat. Di antara maknanya ialah bahwa takdir dengan dibukanya dal adalah sinonim dengan konsep ketetapan; artinya, dalam arti pemisahan dan penghakiman.
Sebagian ulama berkata tentang makna al-Qadr dan alasan penamaannya demikian: Para malaikat pada malam ini menuliskan apa yang telah ditetapkan dari Allah Subhanahu wata’ala tentang rezeki dan umur.
Hal ini dalam firman-Nya, Yang Maha Tinggi, “Sesungguhnya Kami (mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Hal itu merupakan) urusan (yang besar) dari sisi Kami. Sesungguhnya Kamilah yang mengutus (para rasul)”. (QS. Ad-Dukhan: 3-5).
Bukti Adanya Malam Kemuliaan dan Waktunya
Banyak hadits yang menganjurkan umat Islam untuk mencari malam kemuliaan, mengetahui waktunya, dan mencarinya. Malam Kemuliaan merupakan malam yang tetap dan tidak akan terangkat hingga hari kiamat. Di antara dalilnya adalah yang telah shahih dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Carilah malam kemuliaan pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan”. (HR Bukari, no. 2017).
Dan mayoritas ulama berpendapat bahwa malam ini jatuh pada malam-malam Ramadhan. Hal ini diperkuat dengan penggabungan dua ayat. Dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam kemuliaan”. (QS Al Qadr: 1) dan firman-Nya, “Bulan Ramadhan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan”. (QS. Al Baqarah: 185).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Carilah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, malam kemuliaan”. (HR Bukhari, no. 2021). Di mana hadits Nabi menetapkan spesifikasi lain untuk Malam Kemuliaan dengan membuktikan waktunya sebagai sepuluh malam terakhir bulan yang diberkahi.
Kemudian mereka menyimpulkan bahwa Malam Kemuliaan itu berada pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dengan firman-Nya, “Maka carilah pada sepuluh malam terakhir setiap malam ganjil”. (HR Muslim, no. 1167).
Hikmah dibalik penyembunyian Malam Ketetapan
Kehendak Allah Subhanahu wata’ala mengharuskan agar waktu malam kemuliaan itu disembunyikan dari para hamba-Nya, sebagaimana Dia telah menyembunyikan banyak hal, seperti saat pengabulan doa pada hari Jumat, waktu berakhirnya kehidupan seseorang, dan hari kiamat.
Karena banyak sebab, selain karena ia menyembunyikan Malam Kemuliaan. Hendaknya seorang muslim senantiasa bersungguh-sungguh dalam beribadah pada semua malam di sepuluh hari terakhir, dan hendaknya bersemangat untuk mewujudkannya dan mencarinya. Karena takut kehilangannya.
Jika ada ketentuannya, maka hamba diperbolehkan untuk membatasi ibadahnya pada malam tersebut saja. Berikut ini adalah beberapa sebab dan hikmah lain yang menyebabkan malam kemuliaan itu dirahasiakan:
- Hendaknya seorang muslim yang berakal budi mengisi waktunya dengan ibadah-ibadah yang diwajibkan kepadanya sepanjang bulan, khususnya pada sepuluh hari terakhirnya, dan tidak disibukkan dengan mencari-cari tanggal dan waktunya.
- Hendaknya umat Islam mengagungkan semua malam di bulan Ramadhan , tidak terbatas pada Malam Kemuliaan saja.
- Agar umat Islam terhindar dari perbuatan dosa; Jika ia melakukan dosa padahal ia tahu bahwa malam itu adalah malam ketetapan, maka ia telah melakukan dosa besar. Keadaannya tidak seperti orang yang melakukan dosa padahal ia tidak tahu bahwa malam itu adalah malam ketetapan.
- Agar hamba memperoleh pahala dari ketekunannya dalam meraih dan mencarinya.
- Untuk mengungkap rahasia ayat di mana Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah: 30). Para penghuni langit mengetahui, seandainya malam itu diketahui, niscaya para hamba akan lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya.