Bagi orang beriman kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan dan membahagiakan.
Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum terlintas oleh pikiran manusia.
Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1000 tahun lagi. Tetapi sikap itu adalah sia-sia, dan utopia belaka, karena kematian pasti datang menjumpainya, suka atau tidak suka.
Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang riwayat Imam Ahmad perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga.
Kemudian datang malaikat maut duduk diatas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit.
Penduduk langit dari para malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah SWT dan memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan ke dunia”. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu?.
Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga dilapangkan kuburnya dan mendapat teman yang baik, dengan wajah yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
Sedangkan seorang yang kafir ketika akan meninggal dunia, datanglah malaikat hitam dengan membawa kain kotor. Datanglah malaikat maut dan duduk di kepalanya dan memerintahkan ruh yang buruk untuk keluar dari jasadnya. Malaikat maut menarik ruh itu dari jasadnya seperti menarik duri dari kain wol yang basah.
Setelah itu ditaruh di kain yang kotor dan terciumlah bau busuk menyengat. Kemudian dibawa naik ke langit. Dan setiap naik ke langit para malaikat mempertanyakan ruh yang bau busuk tersebut. Dan ruh itu tidak sampai naik langit dimana Allah berada disana dan tidak bertemu Allah SWT.
Allah SWT memerintahkan untuk mengembalikan ke jasadnya dan dicatat dalam kitab Sijjin. Datang kedua malaikat bertanya sebagaimana pertanyaan diatas, tetapi orang kafir itu hanya berkata oh-oh dan tidak dapat dijawabnya.
Setelah itu diberi alas dari neraka, mendapat siksa kubur dan neraka selalu dibukakan pintunya. Dan ditemani dengan teman yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya dan buruk baunya. Teman itu adalah amalnya ketika di dunia.
Demikianlah, kematian merupakan sebuah pintu pembuka dari kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang abadi. Tidak ada pilihan ketiga. Setiap manusia akan melewati pintu itu cepat atau lambat. Dan hakekatnya segala sesuatu yang akan terjadi adalah cepat, karena waktu itu cepat berlalu.
Sudah siapkah kita? Lalu persiapan apa yang harus kita lakukan? Amal jariyah yang kekal dan sangat bermanfaat bagi kita nanti di akherat ada 3, harta yang diinfakkan, ilmu yang diamalkan dan anak sholih yang mendoakan. Dan landasan dari ketiganya yaitu, iman dan taqwa. Semoga kita Husnul Khotimah.
Ditulis: KH Iman Santoso, Lc., M.EI untuk “Rumah Pena MOTIVASI“
.