Cecep Asmadiredja
Saat melakukan isra mi’raj, Rasulullah SAW mencium aroma yang sangat harum. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril, “Harum apakah itu wahai Jibril?” Itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan shalihah bernama Siti Masyitoh dan anak-anaknya, jawab Malaikat Jibril.
Siapa Siti Masyitoh, perempuan shalehah yang dimaksud Malaikat Jibril itu? Ia hidup di zaman Firaun, raja kejam yang menganggap dirinya sebagai tuhan. Di sekitar Firaun ternyata ada beberapa orang dekat yang diam-diam beriman kepada Allah SWT dan Nabi Musa AS. Mereka mengikuti tuntunan Kitab Taurat.
Orang-orang terdekat itu adalah Siti Asiyah binti Muzahim, yaitu istri dari Firaun dan Siti Masyitoh yang mengurus anak Firaun. Seorang lagi bernama Hazaqil. Ia adalah pembuat peti, tempat Musa balita ditaruh untuk kemudian dihanyutkan di sungai.
Di istana, Hazaqil menjadi orang kepercayaan Firaun. Ia menikah dengan Siti Masyitoh. Suatu hari terjadi perdebatan sengit antara Firaun dengan Hazaqil. Firaun menjatuhkan hukuman mati kepada ahli sihir yang menyatakan beriman kepada Nabi Musa AS. Keputusan tersebut ditentang keras oleh Hazaqil.
Sikap tersebut membuat Firaun curiga. Jangan-jangan Hazaqil selama ini beriman pula kepada Nabi Musa. Atas sikap Hazaqil itu, Firaun mengganjarnya dengan hukuman mati. Hal itu tak membuat Hazaqil takut. Ia tetap yakin Tuhan yang diimani-Nya tidak ada yang lain, kecuali Allah SWT.
Suami Siti Masyitoh ini ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan. Tangannya terikat di pohon kurma, tubuhnya penuh dengan tusukan anak panah. Masyitoh sangat sedih melihat kondisi suaminya. Namun ia bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT. Ia berkeluh kesah ke istri Firaun, Siti Asiyah.
Asiyah pun memberikan nasihat agar Masyitoh dan anak-anaknya sabar. Namun, ia bisa membaca isyarat dari Siti Masyitoh yang beriman kepada Allah SWT. Di akhir nasihatnya, Asiyiah mengatakan bahwa selama ini dia juga beriman kepada Allah SWT, tapi menyembunyikan dihadapan suaminya.
Sepeninggal suaminya, seperti biasa Masyitoh menjalankan tugasnya sebagai perias putri Firaun. Gara-gara sisir yang terjatuh, akhirnya terungkap jati diri Masyitoh. Saat itu Masyitoh sedang menyisir rambut anak Firaun. Tiba-tiba sisir dalam genggamannya terjatuh. Ketika mengambil lagi sisir tersebut, bibirnya reflek mengucap, “Bismillah”.
Ucapan itu membuat anak Firaun terkejut. “Apakah ucapan yang kamu maksud adalah bapakku,” tanya anak Firaun. Siti Masyitoh dengan jujur mengatakan bahwa maksud kata itu ialah Tuhan sesungguhnya, bukan ditujukan untuk Firaun. “Yaitu Rabbku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah. Karena tiada Tuhan selain Allah,” kata Masyitoh.
Anak Firaun itu mengancam melaporkan keyakinan Masyitoh tersebut kepada bapaknya. Masyitoh tidak gentar, karena ia yakin Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, bukan Firaun. Laporan anaknya membuat Firaun murka. Ia tidak menyangka, pengasuh anaknya adalah pengikut Nabi Musa AS.
Masyitoh dipanggil lalu ditanya oleh Firaun, “Apakah benar apa yang disampaikan anakku? Siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?’ Masyitoh tidak mengelak tuduhan itu. Dengan tegas dia mengatakan, “Betul, Raja yang lalim. Bahwa tiada tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai alam dan isinya”.
Jawaban itu membuat Firaun semakin marah. Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak mendidih di dalam tembaga besar. Wadah panas itu untuk menggodok Masyitoh beserta anak-anaknya.
Pemandangan itu disaksikan masyarakat luas. Sebelum dimasukkan ke minyak panas, Masyitoh diberi kesempatan sekali lagi untuk memilih; dia dan dua anaknya selamat jika mengakui Firaun sebagai tuhan. Sebaliknya, nyawanya terancam jika tidak mau mengakui ketuhanan Firaun.
Siti Masyitoh pun tidak gentar terhadap ancaman Firaun. Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah SWT, bukan Firaun, raja yang zalim. Pendirian Masyitoh semakin mempermalukan Firaun. Raja kejam itu memerintahkan peng awal segera melemparkan Masyitoh bersama anak-anaknya ke dalam minyak mendidih.
Kisah ini disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa, “Firaun memerintahkan melemparkan anak Masyitoh satu persatu dihadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitoh”.
Ketika giliran bayi terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Masyitoh sempat ragu. Namun, Allah SWT memperlihatkan kekuasaanNya, bayi itu tiba-tiba bisa bicara, “Jangan takut dan sangsi, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah SWT dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita”. (HR Ahmad).
Keraguan Masyitoh pun hilang seketika. Dengan yakin dan ikhlas kepada Allah SWT, Masyitoh membaca, “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah wallahu akbar”.
Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istiqamah itu tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali.
Allah SWT telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketika Masyitoh dan anak-anaknya dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah SWT terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga mereka tidak merasakan panasnya minyak mendidih.
Tulang belulang Masyitoh dan anak-anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah SAW ketika perjalanan Isra Mi’raj. “Itulah kuburan Masyitoh bersama anak-anaknya,” kata Malaikat Jibril. Subhanallah, Walhamdulillah, Allahu Akbar.
.