Cecep Asmadiredja
Tak terasa, kita telah berada di penghujung akhir Ramadhan. Seakan baru saja kita menyambutnya, kini ia akan pergi meninggalkan kita. Tak ada yang tahu apakah kita akan menjumpai lagi Ramadhan tahun depan.
Di penghujung akhir Ramadhan ini sepantasnya kita kembali mempertanyakan keseriusan setiap pribadi kita untuk meraih predikat takwa yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Sejatinya hanya Allah SWT yang bisa memutuskan seseorang sudah meraih gelar takwa atau belum. Tetapi ada indikator-indikator yang dapat kita jadikan acuan guna menilai pribadi kita pasca Ramadhan nanti.
Definisi para ulama terkait takwa dengan ungkapan, “Menaati Allah dan tidak maksiat, selalu berdzikir dan tidak lupa senantiasa bersyukur dan tidak kufur”. Dapat disimpulkan, bahwa takwa adalah kalimat yang singkat namun kaya makna, mencakup seluruh tuntunan yang dibawa Islam berupa akidah, ibadah, muamalah dan akhlak.
Takwa bukanlah kalimat yang hanya sekedar diucapkan atau klaim tanpa bukti. Tapi takwa adalah perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.
Puasa Ramadhan selalui ditandai transformasi dalam diri pelakunya serta masyarakat sekitarnya dengan mengalirnya amal saleh yang tiada putus-putusnya serta berbagai perbuatan terpuji lainnya.
Bila seseorang selalu berbuat baik, memberikan sumbangsih perubahan masyarakat di sekitarnya setelah Ramadhan berlalu hingga ia menghadap Allah SWT, maka ia tergolong kelompok manusia yang meraih gelar takwa dan pahala yang kelak ia akan dapatkan adalah surga.
Sebaliknya, jika setelah melaksanakan ibadah Ramadhan seseorang masih seperti sebelum melaksanakan Ramadhan maka bisa dipastikan Ramadhannya gagal meraih predikat takwa. Namun semua itu hak Allah SWT, dan kita tidak bisa menilai apakah seseorang itu benar-benar mencapai gelar takwa atau tidak.
Secara fisik seseorang yang meraih takwa antara lain, terjadinya perubahan pribadi ke arah yang positif, hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan lingkungan sekitar), serta mencakup kualitas ibadah jasmani dan rohani.
Indikator diraihnya ketakwaan pasca Ramadhan, jika pelakunya patuh melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT dan meninggalkan apa yang dilarangNya, baik semasa Ramadhan maupun nanti pasca Ramadhan.
Beriman, selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, sabar, berdoa kepada Allah, tetap taat dan mengingat Allah, beristighfar (meminta ampun) dan taubat kepada Allah dari semua dosanya. Suka memaafkan, selalu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan keji, shalat tahajjud.
Selalu bersemangat dan penuh kesungguhan dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam. Senantiasa bekerja keras dan tekun dalam memenuhi keperluan hidup diri, keluarga serta membantu orang lain. Dan lain sebagainya karena banyak sekali indikator-indikator yang bisa dijadikan acuan.
Ada proses berkelanjutan dalam meraih predikat takwa, seperti proses pembinaan yang berkelanjutan. Takwa juga bisa terbentuk dengan mendengar nasehat orang lain, mengajak orang lain kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, bekerjasama dengan yang lain dalam kebajikan hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan.
Jika pasca Ramadhan semua sifat orang-orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Al-Qur’an sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka beruntunglah kita dunia dan akhirat. Aamiin.
.