@ Cecep Y. Pramana
Malam Kemuliaan atau Lailatul Qadar dinamakan demikian, karena besarnya keutamaan. Dan malam kemuliaan itu memiliki keutamaan yang besar karena kebaikan yang ada di dalamnya.
Beribadah padanya lebih baik dari seribu bulan, dan Allah Subhanahu wata’ala tidak memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang waktu malam kemuliaan itu dan tidak pula menentukannya bagi mereka.
Hal ini dimaksudkan agar umat muslim dapat berusaha untuk beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan yang penuh berkah dan memperoleh pahala dan balasan yang lebih banyak.
Akan tetapi, jika umat Islam mengetahui malam kemuliaan Allah Subhanahu wata’ala, niscaya mereka tidak akan berusaha untuk beribadah kecuali pada malam itu, dan semua itu merupakan rahmat dari Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Siapakah yang melihat Malam Kemuliaan?
Malam kemuliaan merupakan malam yang bergerak di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh sebagian besar ahli hukum. Malam kemuliaan tidak terbatas pada satu malam tertentu.
Karena itu, para sahabat biasa berikhtiar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk beribadah dengan kuat, seperti shalat, berdiri shalat, dan membaca Al-Qur’an. Mereka biasa mencari malam kemuliaan pada hari-hari tersebut.
Sebagian sahabat telah melihat malam kemuliaan. Sebagian mereka melihat tanda-tandanya dan sebagian lagi melihatnya dalam mimpi, lalu mereka menceritakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam apa yang mereka lihat.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka, “Aku melihat mimpi kalian telah sepakat pada tujuh hari terakhir, maka barangsiapa yang mencarinya, maka hendaklah mencarinya pada tujuh hari terakhir”. (HR. Bukhari, no. 2015).
Maksudnya adalah bahwa mimpi para sahabat itu terjadi pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu ketika turunnya malam kemuliaan, maka mimpi mereka itu benar. Allah Subhanahu wata’ala mungkin memuliakan sebagian orang dengan memperbolehkan mereka melihat malam kemuliaan, baik ketika terjaga dan melihat cahaya malam yang penuh berkah ini, atau dalam mimpi.
Atau melihat seseorang mengatakan kepada mereka bahwa malam ini adalah malam kemuliaan, atau Allah Subhanahu wata’ala melapangkan dada mereka dan membuka hati mereka sehingga mereka merasakan malam tersebut sebagai malam lailatul qadar. Tidak ada ciri khusus bagi seseorang untuk dapat melihat malam yang penuh berkah ini, tetapi itu semua atas kuasa dan kehendak Allah Subhanahu wata’ala.
Tanda-tanda Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar)
Malam kemuliaan berbeda dengan malam-malam lainnya dalam setahun, karena malam ini mempunyai ciri-ciri dan tanda-tandanya sendiri dari Allah Subhanahu wata’ala. Ciri-cirinya adalah:
- Langit cerah pada malam dekrit (malam lailatul qadar).
- Bulan akan terang pada malam ini.
- Cuaca malam ini akan tenang dan sedang, tidak dingin atau panas.
- Tidak akan ada meteor yang jatuh malam ini hingga pagi.
- Pagi hari matahari terbit tanpa sinarnya; seperti bulan pada malam purnama, bentuknya yang bulat jernih, dan mataharinya tenang dan merah.
Syarat Mendapatkan Keutamaan Lailatul Qadar
Ada beberapa pendapat di kalangan ulama Maliki dan Syafi’i tentang syarat merasakan malam kemuliaan. Untuk mendapatkan hatinya, ada pepatah yang mengatakan:
Pernyataan pertama: Sebagian mereka menetapkan bahwa seorang muslim harus mengetahui tentang malam kemuliaan, dan harus menyadarinya agar bisa meraih pahalanya. Adapun orang yang berdiri pada malam itu dan berjihad di dalamnya tanpa mengetahui dan merasakannya, maka dia tidak akan meraih keutamaannya.
Pernyataan kedua: Sebagian mereka mengatakan, barangsiapa yang menghidupkan malam itu dan merasakannya, maka ia memperoleh pahala meskipun ia tidak merasakannya. Umat Islam harus bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk meraihnya, dan ini merupakan pendapat yang berlaku umum di madzhab Maliki dan Syafi’i. Wallahua’lam.