@ Cecep Y. Pramana
Ummu Habibah bernama asli Ramlah binti Abi Sufyan Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qushai. Dia merupakan salah seorang mualaf pertama dari golongan mukminin, semoga Allah Subhanahu wata’ala meridhoinya.
Dia menikah dengan Ubaydillah bin Jahsy bin Riab Al-Asadi dan mereka tinggal bersama di Mekkah. Mereka menghadapi penderitaan dan kesulitan yang sama seperti yang dihadapi umat Islam di awal seruan Mekkah, dan mereka tidak punya pilihan selain meninggalkan Mekkah dan beremigrasi dari tanah air mereka.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha ikut berhijrah bersama suaminya ke Abyssinia (Abyssinia adalah sebuah negara yang terletak di Afrika bagian timur. Saat ini, negara ini dikenal sebagai Ethiopia) pada hijrah yang kedua.
Di sana ia dikaruniai seorang putri yang diberi nama Habibah. Ia pun mengambil nama tersebut, radhiyallahu ‘anha. Kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi, ketika suaminya, Ubaydillah, masuk Kristen ketika mereka berada di Abyssinia dan meninggal sebagai seorang kafir, dan ummu Habibah tetap teguh dalam Islam.
Nama dan garis keturunannya
Ramlah binti Abi Sufyan Sakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qushai. Ummu Habibah al-Qurashiyya, ibunda orang-orang Beriman, istri Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, semoga Allah Subhanahu wata’ala memberkatinya dan memberinya kedamaian. Ibunya adalah Shafiyya binti Abi al-Ash. Dia masuk Islam di Mekkah dan bermigrasi ke Abyssinia.
Setelah suaminya masuk Kristen dan meninggal, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menikahinya saat ia berada di Abyssinia. Diriwayatkan bahwa yang melangsungkan pernikahan dengannya adalah Khalid bin Said bin Al-Ash, dan ada pula yang mengatakan bahwa Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhuma kepada keduanya.
Sang Negus (Negus adalah raja Kristen dari Kerajaan Aksum, sekarang Ethiopia) memberinya mas kawin sebanyak empat ratus dinar atas nama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, dan Khalid bin Sa’id bin Ash bin Umayyah yang menjadi walinya. Sang Negus meninggal pada tahun empat puluh empat Hijriah, semoga Allah Subhanahu wata’ala meridhoinya.
Karakteristik Ummu Habibah
Semoga Allah Subhanahu wata’ala meridhoi Ummu Habibah, ia adalah orang yang cerdas dan pandai, fasih berbicara dan pandai berbicara. Ia seorang yang sabar dan tekun berjuang, terbukti dari pendiriannya ketika ikut berhijrah bersama suaminya, meninggalkan keluarga dan suku, serta keteguhan hatinya dalam memeluk agama Islam ketika suaminya pindah agama menjadi Kristen.
Ummu Habibah tetap teguh pendiriannya, sementara hanya sedikit yang tetap teguh pendiriannya. Dia tidak bersalah terhadap politeisme. Di antara keutamaan beliau, adalah bahwa ia berhijrah dua kali di jalan Allah Subhanahu wata’ala, berhijrah karena agamanya.
Ia juga menghalangi ayahnya untuk duduk di ranjang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika ia datang untuk mengadakan gencatan senjata antara kaum Quraisy dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan itu, dia memuliakan tempat tidur Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, semoga Allah Subhanahu wata’ala memberkahinya dan memberinya kedamaian.
Hidup bersama Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam membuatnya mengetahui banyak seputar hadis-hadis yang pernah disampaikan atau dilakukan Nabi. Bahkan tercatat sebanyak 65 hadits telah ia riwayatkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dua di antara hadisnya telah disepakati oleh imam Bukhari dan Muslim keshahihannya dan dua hadis lainnya yang dianggap shahih oleh imam Muslim saja.
Salah satu murid Ummu Habibah yang meriwayatkan hadis darinya adalah dua saudaranya yakni Khalifah Muawiyah dan Anbasah dan ponakannya yang bernama Abdullah bin Utbah bin Abi Sufyan, Urwah bin Zubair, Abu Shalih, Shafiyyah binti Syaibah, dan Zainab binti Abi Salamah.
Sebelum Ummu Habibah wafat di Madinah pada tahun 42/44 Hijriyah, ia berkata kepada Aisyah, “Sungguh di antara kita pasti ada yang terjadi di antara para istri, semoga Allah Subhanahu wata’ala mengampuniku dan kamu atas apa yang telah terjadi itu”.
Aisyah r.a. berkata, “Semoga Allah Subhanahu wata’ala mengampuni semuanya untuk mu dan menghalalkannya untukmu”. “Engkau telah menutup aibku, maka semoga Allah Subhanahu wata’ala pun akan menutupi untukmu”. Kata Ummu Habibah selanjutnya. Lalu, ia pun menemui Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha juga dan mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha. Wallahua’lam.
Twitter: @CepPangeran | IG/Tiktok: cecep.asmadiredja | LinkedIn: cecep asmadiredja
.