@ Cecep Y. Pramana
Pertempuran Badar atau Pertempuran Badar Besar (ghazwah) adalah pertempuran yang terjadi pada hari ketujuh setelah hari kesepuluh Ramadhan selama tahun kedua Hijriyah (17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah), di dekat sumur Badar antara Madinah dan Mekkah, setelah sebelumnya sekelompok umat Islam mencegat kafilah dagang swasta yang kembali dari Levant (Suriah) ke Mekkah, yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb.
Perang Badar adalah perang pertama yang terjadi antara pasukan Muslim dan pasukan kafir, setelah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam mengemban tugas menyampaikan risalah Islam. Perang ini menjadi bukti pertama kekuatan Islam dan kaum Muslimin serta kemampuan mereka untuk melawan pasukan kafir.
Alasan Terjadinya Perang Badar
Setelah kaum Muslimin pergi menyelamatkan agama mereka ke Madinah dengan melakukan hijrah, mereka meninggalkan anak-anak, harta benda, dan segala yang mereka miliki di Mekkah. Kaum Quraisy melihat ini sebagai kesempatan untuk merampas harta kaum Muslimin dan mematahkan kekuasaan mereka.
Mereka pun menyerang harta kaum Muslimin dengan cara menjarah, mencuri, dan menghancurkannya, selain terus-menerus berupaya membunuh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, kaum Muslim merasa bahwa hak-hak mereka telah dirampas dan bahwa kaum Quraisy telah bertindak terlalu jauh dan bahwa mereka harus dihentikan.
Kaum Muslim mulai berpikir tentang bagaimana cara merebut kembali apa yang telah dirampas dari mereka dan membuktikan bahwa kaum Muslim bukanlah kaum yang lemah dan tidak mampu mengambil hak-hak mereka, tetapi mereka adalah kaum yang kuat dan memiliki kekuatan serta kekebalan yang akan memungkinkan mereka untuk menghadapinya dengan segala keganasan dan keberanian.
Maka pertolongan, bantuan, petunjuk dan keberhasilan itu datangnya dari Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana yang difirmankan-Nya: “Dan persiapkanlah untuk melawan mereka apa saja yang kamu mampu, dari kekuatan dan dari kuda perang, yang dapat kamu gunakan untuk menakut-nakuti musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka, yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Dan apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu, dan kamu sedikit pun tidak akan dizalimi”. (QS. Al-Anfal: 60)
Umat Islam mempersiapkan diri dengan peralatan dan perbekalan untuk menghadapi kaum musyrik dan menyerahkan apa yang mereka miliki demi Allah Subhanahu wata’ala. Mereka mempersiapkan penyerbuan dan invasi serta melanjutkan upaya mereka untuk memulihkan hak-hak kaum tertindas dan merebut kafilah-kafilah kaum musyrik.
Kafilah besar yang dipimpin oleh Sufyan hampir jatuh ke tangan mereka, tetapi kafilah itu lolos dalam perjalanannya menuju Syam. Kafilah itu membawa banyak sekali kebaikan, mencapai seribu unta, dan dikatakan bahwa seluruh Quraisy turut serta di dalamnya, sehingga kaum Muslim menungguinya dalam perjalanan pulang, dan dari sinilah api penyerbuan dimulai.
Peristiwa Perang Badar
Setelah kaum muslimin mengetahui kembalinya kafilah musyrik yang terdiri dari seribu unta yang dipimpin oleh Abu Sufyan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka untuk keluar menemui kafilah tersebut dan menghalangi jalannya sehingga Abu Sufyan tidak dapat melarikan diri bersama kafilah tersebut sebagaimana yang terjadi pada saat kafilah tersebut keluar.
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun berangkat bersama sebagian sahabat yang telah siap berangkat, dan banyak dari para sahabat yang tetap tinggal di belakang, karena mereka mengira bahwa keberangkatan mereka hanya untuk menyambut kafilah tersebut.
Perang Badar merupakan pertempuran besar (ghazwah) pertama antara umat Islam dan musuh-musuhnya. Momen ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Total 313 orang Muslim melawan 1.000 orang Quraisy yang memiliki persenjataan lengkap, keahlian militer, dan pengalaman bertempur..
Abu Sufyan mendengar bahwa kaum Muslim akan keluar untuk menguasai kafilah tersebut, maka ia mengambil semua tindakan yang diperlukan dan mengubah rute kafilah tersebut serta menyelamatkannya. Akan tetapi, kaum musyrik tidak berhenti di situ, tetapi bersikeras untuk keluar dan menyerang kaum Muslim untuk mematahkan kekuasaan mereka dan memulihkan reputasi kaum Quraisy di antara suku-suku tersebut.
Sesungguhnya, kaum musyrik menyiapkan seribu orang pejuang dan keluar untuk menghadapi kaum Muslim. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar tentang kesediaan kaum Quraisy untuk memerangi dan membalas dendam terhadap kaum muslimin.
Maka beliau bermusyawarah dengan kaum muslimin, baik yang datang dari luar negeri maupun yang tinggal di wilayah jahiliyah, tentang konfrontasi ini dan beliau meminta dukungan dan bantuan dari mereka semua.
Setelah kaum muslimin dan kaum musyrik bersiap-siap, pertemuan itu pun dilaksanakan di Badar, sebuah daerah yang terletak di tengah-tengah antara Mekkah dan Madinah.
Daerah itu penuh dengan sumur-sumur, tempat kaum muslimin setibanya di sana minum dari sumur-sumur itu, mengambil air secukupnya, dan mengisinya dengan batu. Sehingga hal itu menjadi pukulan bagi kaum musyrik yang haus dan menjadi kelemahan mereka.
Peperangan ini dimulai dengan kemunculan para pemimpin besar kaum musyrik dan keterlibatan mereka secara langsung dalam peperangan. Di antara mereka adalah Utbah bin Rabi’ah, Syaiba bin Rabi’ah, dan Al-Walid bin Utbah. Mereka dihadang oleh para muhajirin Al-Harits bin Abdul-Muthalib, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Ali bin Abi Thalib.
Peperangan dan bentrokan kedua pasukan pun terjadi, dan Allah SWT menurunkan bala bantuan dari-Nya berupa para malaikat yang ikut berperang di barisan kaum muslimin dan membantu mereka.
Kaum muslimin menang atas kaum musyrik, mereka berhasil menangkap banyak dari mereka, membunuh dan menawan mereka. Sekitar 70 orang musyrik terbunuh, yang paling menonjol di antaranya adalah Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, dan Utbah bin Rabi’ah, dan banyak di antara mereka yang berhasil ditawan.
Hasil Perang Badar
Perang Badar berakhir dengan kemenangan telak bagi pasukan muslim atas pasukan kafir, meskipun jumlah dan perlengkapannya sedikit. Perang ini menghasilkan banyak hasil, yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
Kekuatan kaum Muslimin semakin kuat, dan mereka menjadi orang-orang yang disegani di kota itu dan suku-suku tetangga. Mereka dianggap tinggi sebelum berpikir untuk menyerang mereka, karena takut apa yang terjadi pada kaum Quraisy akan menimpa mereka.
Kesedihan, kekhawatiran dan kelemahan menghinggapi hati kaum musyrik akibat apa yang menimpa mereka di Badar berupa pembunuhan, tawanan dan luka-luka, serta kerugian besar yang menimpa para pemimpin dan petinggi mereka.
Kemenangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin berperan dalam menyingkap tabir kemunafikan, kaum yahudi, dan kaum musyrik serta dosa-dosa mereka. Hendaknya peristiwa perang Badar ini dapat menjadi pengingat bagi kita tentang perjuangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat dalam Perang Badar.
Mereka, para syuhada itu sedang menjalankan ibadah puasa ketika bertempur. Puasa Ramadhan diwajibkan Allah Subhanahu wata’ala atas umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sejak tahun kedua Hijriyah. Pada tahun itu umat Islam mulai diwajibkan berpuasa, tahun itu pula umat Islam meraih kemenangan besar dalam Perang Badar. Wallahua’lam.