@ Cecep Y. Pramana
Tak terasa, kita telah berada di penghujung akhir Ramadhan tahun 1446 Hijriyah atau 2025 Masehi. Seakan saja baru kita menyambut kedatangannya, namun kini ia akan pergi meninggalkan kita semua. Tak ada yang tahu apakah kita akan menjumpai lagi pada Ramadhan tahun depan.
Di penghujung akhir Ramadhan ini sepantasnya kita kembali mempertanyakan keseriusan setiap pribadi kita untuk meraih predikat takwa yang dijanjikan Allah Subhanahu wata’ala bagi orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Sejatinya hanya Allah Subhanahu wata’ala yang bisa memutuskan seseorang sudah meraih gelar takwa atau belum. Tetapi ada indikator-indikator yang dapat kita jadikan acuan guna menilai pribadi kita pasca Ramadhan nanti.
Definisi para ulama terkait takwa dengan ungkapan, “Menaati Allah dan tidak maksiat, selalu berdzikir dan tidak lupa senantiasa bersyukur dan tidak kufur”. Dapat disimpulkan, bahwa takwa adalah kalimat yang singkat namun kaya makna, mencakup seluruh tuntunan yang dibawa Islam berupa akidah, ibadah, muamalah dan akhlak.
Takwa bukanlah kalimat yang hanya sekedar diucapkan atau klaim tanpa bukti. Tapi takwa adalah perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.
Puasa Ramadhan selalu ditandai transformasi dalam diri pelakunya serta masyarakat sekitarnya dengan mengalirnya amal saleh dan kebaikan yang tiada putus-putusnya serta berbagai perbuatan terpuji lainnya.
Bila seseorang selalu berbuat baik, memberikan sumbangsih perubahan masyarakat di sekitarnya setelah Ramadhan berlalu hingga ia menghadap Allah Subhanahu wata’ala, maka ia tergolong kelompok manusia yang meraih gelar takwa dan pahala yang kelak ia akan dapatkan adalah surga.
Sebaliknya, jika setelah melaksanakan ibadah Ramadhan seseorang masih seperti sebelum melaksanakan Ramadhan maka bisa dipastikan Ramadhannya gagal meraih predikat takwa. Namun semua itu hak Allah Subhanahu wata’ala, dan kita tidak bisa menilai apakah seseorang itu benar-benar mencapai gelar takwa atau tidak.
Secara fisik seseorang yang meraih takwa antara lain, terjadinya perubahan pribadi ke arah yang positif, hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan masyarakat lingkungan sekitar), serta mencakup kualitas ibadah jasmani dan rohani.
Indikator diraihnya ketakwaan pasca Ramadhan, jika pelakunya patuh melaksanakan apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wata’ala dan meninggalkan apa yang dilarangNya, baik semasa Ramadhan maupun nanti pasca Ramadhan.
Beriman, selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, sabar, berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla, tetap taat dan mengingat Allah Azza Wa Jalla, beristighfar (meminta ampun) dan taubat kepada Allah dari semua dosanya. Suka memaafkan, selalu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan keji, shalat tahajud.
Selalu bersemangat dan penuh kesungguhan dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam. Senantiasa bekerja keras dan tekun dalam memenuhi keperluan hidup diri, keluarga serta membantu orang lain. Dan lain sebagainya karena banyak sekali indikator-indikator yang bisa dijadikan acuan.
Ada proses berkelanjutan dalam meraih predikat takwa, seperti proses pembinaan yang berkelanjutan. Takwa juga bisa terbentuk dengan mendengar nasehat orang lain, mengajak orang lain kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, bekerjasama dengan yang lain dalam kebajikan hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan.
Jika pasca Ramadhan semua sifat orang-orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Al-Qur’an sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka beruntunglah kita dunia dan akhirat. Di penghujung Ramadhan, muhasabah (introspeksi diri) menjadi sangat penting untuk mengevaluasi ibadah dan amalan selama bulan suci, serta mempersiapkan diri untuk bulan Syawal dan kehidupan sehari-hari.
Muhasabah membantu kita mengevaluasi ibadah yang telah dilakukan selama Ramadhan, apakah sudah optimal dan membawa perubahan positif dalam diri. Dengan mengevaluasi, kita bisa mengidentifikasi kelemahan dan kesalahan untuk diperbaiki, serta memperkuat semangat ibadah di bulan-bulan berikutnya.
Muhasabah juga membantu kita untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan perilaku, agar tidak hanya sekadar rutinitas, tetapi juga membawa perubahan positif. Muhasabah di akhir Ramadhan juga mempersiapkan kita untuk menyambut Syawal dengan hati yang bersih dan semangat yang baru. Aamiin Allahumma Aamiin. Wallahua’lam bishawab.
📌 REKENING KEBAIKAN:
A.n. Yayasan Ukhuwah Care Indonesia
Rekening Zakat
Mandiri 1670055500077
BSI 8200400705
MUAMALAT 3050700073
Rekening Infaq
BSI 8200400705
BCA 0663271960
MANDIRI 1670002432085
Konfirmasi transfer:
Pak Acep – 081287026443
Semoga setiap sedekah yang Bapak/Ibu/Sdr/i berikan menjadi amal jariyah yang tak terputus. Aamiin. Yuk, bersama #HidupkanHarapan!
.