@ Cecep Y. Pramana
Rasa takut adalah emosi yang kuat dan efektif. Rasa takut dapat melindungi kita dari bahaya. Rasa takut dapat memotivasi kita untuk bertindak. Rasa takut dapat meningkatkan kesadaran dan memfokuskan perhatian kita secara signifikan.
Rasa takut juga dapat mempersiapkan kita menghadapi tantangan yang sulit. Namun, tujuan rasa takut bukanlah untuk menghentikan kita, melainkan untuk memperingatkan, memberi informasi, dan mempersiapkan kita.
Tujuan rasa takut adalah untuk menjaga kita agar tetap hidup dan aman, bukan untuk menghalangi kita menjalani hidup. Rasa takut dapat memberi kita alat untuk maju, alih-alih menjadi alasan untuk menahan diri.
Rasa takut adalah bagian yang berharga dan bermanfaat dalam hidup, tetapi bisa menjadi masalah besar ketika mendominasi hidup kita, atau aspek-aspek tertentu dalam hidup kita, dan menghalangi kita untuk maju.
Rasa takut dapat membuat kita tidak mampu bertindak, padahal tujuannya sebenarnya adalah untuk mempersiapkan kita bertindak. Rasa takut bisa terasa tidak nyaman. Begitulah cara ia menarik perhatian kita. Itulah mengapa ia begitu kuat, karena kita tidak dapat mengabaikannya. Namun, hanya karena ia begitu kuat bukan berarti ia harus terlalu kuat.
Strategi untuk memaksimalkan rasa takut adalah dengan berusaha memahami rasa takut kita, mengamatinya, dan sungguh-sungguh mencari tahu apa yang ingin disampaikannya kepada kita. Cara terbaik untuk melampaui rasa takut kita adalah dengan mendengarkan apa yang dikatakannya dan memanfaatkannya.
Apa saja yang kita takuti? Apakah kita takut malu? Apakah kita takut gagal? Apakah kita takut kesepian? Apakah kita takut bertanggung jawab? Apakah kita takut sukses? Apakah kita takut berbicara dengan orang lain? Apakah kita takut berkomitmen?
Apakah kita takut pada dunia di luar sana? Ketakutan kita bukan untuk diabaikan, melainkan untuk dieksplorasi dan dipahami. Dan setelah kita memahami rasa takut kita, maka kita dapat melampauinya, dengan percaya diri dan selalu siap.
Wajar jika kita ingin bersembunyi dari rasa takut. Wajar jika kita ingin menghindari objek ketakutan tersebut. Hal itu karena efek kuat rasa takut terhadap pikiran, tubuh, dan jiwa kita.
Rasa takut adalah salah satu emosi tertua dan paling mendasar. Rasa takut merupakan dasar bagi kehidupan dan kelangsungan hidup. Rasa takut dapat memengaruhi seluruh keberadaan kita pada tingkat yang dalam dan mendalam. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi pengalaman yang intens.
Ketika kita dapat menerima, memahami, mengeksplorasi, dan memanfaatkan rasa takut kita alih-alih bersembunyi atau menghindarinya, maka kita memiliki akses ke nilai luar biasa yang dapat disampaikan oleh rasa takut tersebut.
Kita hidup di dunia yang berbahaya dan ada banyak keadaan, banyak situasi di mana rasa takut sepenuhnya tepat dan dibenarkan. Namun, takut pada rasa takut itu sendiri adalah suatu kesalahan.
Masalah sebenarnya dengan rasa takut muncul ketika kita mulai takut akan rasa takut — ketika kita memiliki rasa takut akan rasa takut. Misalnya, bayangkan kita memiliki rasa takut berbicara di depan umum, yang merupakan salah satu ketakutan paling umum di dunia.
Sekarang, anggaplah kita merasa perlu berbicara di depan banyak orang dan tiba-tiba rasa takut itu menguasai kita. Apa ketakutan itu? Apakah kita takut pada audiens? Tidak, kita takut pada rasa takut kita. Bayangkan kita menolak tawaran pekerjaan yang bagus karena mungkin melibatkan berbicara di depan umum.
Apakah kita takut dengan pekerjaan itu? Tidak. Apakah kita takut berbicara di depan umum? Tidak. Yang benar-benar kita takuti adalah rasa takut berbicara di depan umum. Jadi kita melihat bagaimana rasa takut dapat membangun beberapa lapisan yang dalam.
Tentu saja ada hal-hal yang harus ditakuti dan tentu saja ada hal-hal yang harus dihindari, hal-hal yang dapat diperingatkan oleh rasa takut kita. Akan tetapi, akan menjadi suatu kesalahan jika takut pada rasa takut itu sendiri. Bismillah…
Twitter: @CepPangeran | IG/Tiktok: cecep.asmadiredja | LinkedIn: cecep asmadiredja
.